BUKU : Kenangan Peningkatan Status dan Pentabisan Gereja Paroki Marianus Puurere

Beranda BUKU

Klik di sini ya Buku Kenangan PEningkatan Status dan Pentabisan Gereja Paroki Santo Marianus Puurere

“L’amour c’est une mouvement sans retour,” kata Santa Theresia dari Kanak-Kanak Yesus. Cinta itu suatu gerakan tanpa kembali. Itulah cinta Tuhan, cinta yang setia. “Jika kita tidak setia, Ia tetap setia, karena Ia tidak dapat menyangkal diri-Nya” (2 Tim 2:13). Cinta Tuhan itu total. “Tidak pernah Tuhan menyatakan diri selain dalam bahasa cinta. Tuhan hanya dapat mencinta
secara total, 100 %. Karena Tuhan adalah cinta, Dia tidak bisa membagi diri-Nya, demikian juga cinta-Nya,” 1 tulis Peter G. van Bremen, seorang imam Yesuit, dan juga ahli fisika atom. Memandang Gereja Puurere yang indah dan megah, dan menyaksikan perkembangan umatnya yang pesat dengan heterogenitas tinggi baik dalam suku, budaya, status sosial, dan usia, kita dapat menyimpulkan bahwa Tuhan telah mencurahkan cinta-Nya yang setia dan total kepada umat Paroki Santo Marinus Puurere.
Namun, banyak orang mengatakan bahwa Gereja Puurere dibangun sangat lama. Jika dihitung sejak peletakan batu pertama pada 19 Maret 2007, maka pembangunan Gereja Puurere berlangsung selama limabelas tahun. Dikatakan juga bahwa Paroki Persiapan Santo Marinus Puurere adalah paroki persiapan yang paling lama menjadi paroki definitif, yaitu delapan tahun lamanya terhitung sejak menjadi Paroki Persiapan pada tahun 2014. Memang manusia dicirikan oleh waktu, dan bagi manusia saat yang satu mengikuti saat yang lain, sehingga ada masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. Tetapi tidak demikian dengan Tuhan. “Tuhan itu kekal, dan kekal berarti seluruh waktu diperpadat menjadi saat sekarang yang berlangsung selamanya,” 2 demikian van Bremen. Umat Puurere membangun paroki dan Gerejanya bersama Tuhan. Dalam konteks pengalaman hidup dan bekerja dalam cinta Tuhan yang setia dan total serta dalam waktu Tuhan yang selalu sekarang, masa 1000 tahun silam pun akan terasa seperti baru kemarin, apalagi hanya 15 atau 20 tahun lampau. Atau sekurang-kurangnya, umat Puurere telah belajar untuk sabar; sabar menunggu indahnya waktu Tuhan.
Buku ini menyajikan kisah terbentuknya Paroki Santo Marinus Puurere dan pembangunan Gerejanya, termasuk aula pertemuan, pastoran, kantor sekretariat paroki, dan sebuah kapela biara. Tak bisa dipungkiri bahwa tokoh utama dalam kisah ini tentu saja Tuhan sendiri yang karena cinta-Nya yang setia dan total, hendak hadir dan membangun umat-Nya dan rumah-Nya, bersama semua orang yang terbuka hatinya dan mau berpartisipasi dalam karya penyelamatan Tuhan ini. Mereka semua adalah para pastor paroki, pastor rekan, anggota DPP, anggota panitia pembangunan, para donatur, dan umat Puurere seluruhnya. Semua peran serta dan perjuangan mereka dirangkai dalam buku ini sebagai kado kenangan untuk pendefinitifan Paroki Santo Marinus Puurere pada 5 Juni 2022 dan pentahbisan Gereja Santo Marinus Puurere pada 23 Oktober 2022.

Ada beberapa alasan buku kenangan ini ditulis. Alasan pertama, ialah agar umat Paroki Santo Marinus Puurere bisa menyadari identitas dirinya sebagai warga sebuah paroki yang baru dalam wilayah Keuskupan Agung Ende. Karena manusia hanya dapat mengerti dirinya dalam rajutan sebuah kisah, dan sebuah komunitas terbentuk hanya melalui kisah bersama. Kisah yang baik selalu berdasar pada pengalaman serta penghayatan hidup dan kehidupan. Tanpa penghayatan kehidupan, kisah itu kosong, tetapi tanpa kisah, pengalaman hidup itu bisu.
Alasan kedua, kisah penghayatan hidup yang bernilai perlu diwariskan. Nilai-nilai kemanusiaan dan keberanian iman yang mewarnai dan memberi nafas kehidupan bersama umat Puurere, seperti sikap saling mengasihi yang tulus, semangat pengorbanan yang pantang menyerah dalam menghadapi kesulitan, persatuan dan kerja sama dalam membangun

paroki dan Gerejanya perlu diwariskan. Zach Richter, seorang sutradara, direktur kreatif, dan desainer Amerika yang terkenal karena karyanya dalam realitas virtual dan media interaktif pernah menulis, warisan adalah bagian penting dari kehidupan yang dijalani dengan baik. Warisan adalah kenang- kenangan yang tak terhapuskan yang bisa hidup selama beberapa generasi. Penyair besar, Maya Angelou pernah mengatakan, jika Anda ingin hidup, tinggalkan warisan; buat tanda di dunia yang tidak bisa dihapus. Tidak diragukan lagi bahwa warisan dapat berguna sebagai sidik jari yang bertahan lama. Generasi mendatang, lanjut Richter, dapat mengingat kehidupan yang benar-benar luarbiasa dari masa lalu itu.
Alasan ketiga, kisah yang baik bersifat transformatif. Kisah-kisah Injil seperti “Anak yang hilang”, “Orang kaya dan Lazarus yang miskin”, “Orang Samaria yang baik hati”, adalah contoh-contoh kisah yang telah mentransformasi kehidupan banyak orang dan masyarakat. Kata Visaya, pengarang Mahabharata: “Kalau engkau sungguh-sungguh mendengarkan sebuah kisah, engkau tidak bisa hidup seperti yang dulu lagi.” Negarawan dan jenderal Yunani Pericles pernah berkata, “Apa yang Anda tinggalkan bukanlah apa yang terukir pada monumen batu, tetapi apa yang dijalin ke dalam kehidupan orang lain”. Dengan membaca kisah penghayatan hidup umat Puurere dalam buku ini, anak cucu, generasi penerus umat Puurere dapat belajar dari sejarah kehidupan para pendahulu mereka untuk meningkatkan mutu kehidupan mereka sebagai umat Allah. Karena mahkota orangtua adalah anak cucu mereka, dan kehormatan anak cucu adalah nenek moyang mereka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *