Ende, Mbobhengga, Tananua Flores | Siapa yang menguasai benih pangan dialah yang menguasai sumber penghidupan. Pangan adalah harga diri, karena pangan merupakan sumber utama manusia hidup.
Berkaca pada sejarah masa lampau yang bercocok tanam dan menjaga benih adalah nenek moyang/leluhur kita . Mereka menyimpan benihnya di lumbung-lumbung. Sehingga ketika musim tanam, mereka akan ambil benih itu kemudian menanam kembali.
Itulah kutipan penjelasan Ketua pengurus Yayasan Tananua Flores Hironimus Pala ketika awal membawakan materi pada kegiatan pertemuan semesteran petani dan nelayan di desa Mbobhenga pada (sabtu 10/12/2022).
Menurutnya bahwa saat ini petani sudah Enggan menguasai lagi benih, dan bahkan pangan lokal yang menjadi sumber insani bagi petani itu sendiri sudah mulai hilang. Banyak petani sudah dimanjakan dan ketergantungan kepada pangan hasil rekayasa genetika yang datang dari bantuan-bantuan dari pihak ketiga.
Saat ini petani memahami pangan itu hanya sebatas pada di kebun ladang dan sawah, mungkin saja hanya beberapa jenis. Padahal, yang diwariskan oleh leluhur dan hasil hutan begitu banyak.
“ kita petani saat ini ketergantungan pada benih bantuan, dan menghilangkan benih lokal kita sendiri. Perbedaan antara benih bantuan dan benih lokal itu sangat jauh berbeda, Benih lokal jika ditanam hasilnya cukup berbeda dengan benih yang datang dari bantuan. Benih bantuan jika ditanam ketergantungan lagi pada pupuk dan hasilnya pun harus selesai digunakan, tidak bisa simpan dengan jangka waktu yang lama”, jelas Hiro.
Lebih jauh ketua Pengurus Tananua itu mengungkapkan bahwa realitas sekarang yang terjadi adalah petani di desa banyak sekali alih fungsi lahan, dari kebun tanaman pangan di alihkan menjadi kebun komoditi dan lain-lain. Untuk benih pangan dan pengembangan pangan sudah tidak lagi diperhatikan lagi oleh petani-petani yang ada di desa. Hampir sebagian besar, bibit pangan lokal di desa sudah mulai hilang dan petani sudah mulai ketergantungan kepada benih hibrida.
“ Kita petani di desa- desa sudah mulai ketergantungan pada benih hibrida, tidak lagi pada benih lokal kita sendiri, Puluhan bibit benih pangan lokal tidak lagi dikembangkan, dan wajar jika situasi krisis pangan maka kita sudah mengalami gangguan”, ujarnya.
Menoleh sedikit terkait situasi pangan dunia, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menilai angka krisis pangan cukup mengkhawatirkan. Diperkirakan 179 sampai 181 juta orang di 41 negara akan menghadapi krisis pangan. Namun ada hal yang lebih mengerikan lagi, adanya aspek yang sering luput dari perhatian, yakni krisis pupuk.
“Ini menjadi masukan bagi peserta untuk melihat apa dampak krisis pupuk bagi ketahanan pangan ke depan, di tahun-tahun depan, karena dari data yang kita peroleh, krisis pupuk ini kalau tidak di address, maka tahun depan dampaknya akan dapat memicu krisis beras,” kata Menlu Retno di jakarta pada Selasa, (11/10/2022).
Berbicara mengenai krisis beras, maka akan terkait dengan dua milyar orang yang sebagian tinggal di Asia. Itu bagian pertama bahwa inilah situasi dunia saat presidensi Indonesia dijalankan.
Krisis pangan, energi, keuangan dengan cepat menjadi bagian dari realitas dunia dan Rusia serta Ukraina memiliki posisi yang cukup penting dalam rantai pasok pangan dan energi global. Sehingga, lonjakan harga pangan dan energi tidak dapat dihindari akibat perang antara Rusia dan Ukraina.
Indeks harga pangan naik 20,8 persen dari tahun sebelumnya dan sempat mencapai titik tertinggi pada Maret 2022. Harga minyak mentah menembus angka 12USD per barel. Harga energi meningkat 50 persen dibanding tahun lalu. Di Eropa, harga gas bahkan meningkat 10 kali lipat jika dibandingkan tahun 2022. Sementara pupuk dunia meningkat 2 kali lipat dibandingkan rata-rata sepuluh tahun belakangan ini.
Dari situasi tersebut di atas Pertemuan semesteran Petani dan nelayan yang diselenggarakan di Desa Mbo bhenga menjadi sebuah langkah agar petani dan nelayan harus memulai menjaga benih pangan dan mulai kembali kembangkan pangan lokal.
Sementara itu, kepala dinas ketahanan pangan kabupaten Ende Mathilda G. Ilmu menuturkan” mulai saat ini harus membangun gerak bersama untuk mengembangkan kembali pangan lokal,di kabupaten Ende sendiri banyak sekali pangan lokal yang kita miliki mulai dari yang kita sendiri budidaya ataupun dari hasil hutan.
Kepala Dinas Ketahanan pangan menyadari bahwa saat ini Petani jauh sekali untuk mengembangkan pangan lokal, sehingga gerakan untuk memulai kembali perlu dilakukan.
Kata Mathilda kadis ketahanan pangan, “selain persoalan pangan kita juga diperhadapkan dengan pola konsumsi yang serba instan, makanan yang berasal dari pangan lokal kita sendiri tidak lagi dikonsumsi. Padahal, makanan dari pangan lokal mempunyai nutrisi yang gizi sangat tinggi tidak mengandung zat-zat kimia dan lainnya”.
Kabupaten Ende saat ini sedang mendorong peraturan daerah terkait dengan penyelenggaraan pangan. Produk hukum ini dibuat agar benih pangan lokal dari petani dilindungi dan juga petani harus mempunyai lumbung benih.
Kedepannya, “ jika perda ini sudah ditetapkan, maka produk pangan lokal harus dikembangkan kembali oleh petani,” tegasnya.
Oleh : Jhuan Mari.