


Ende, Kota Baru – Tananua Flores. Desa Tou Barat, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Ende, menjadi tuan rumah kegiatan kunjungan belajar pertanian organik dan cerdas iklim pada 21–22 Agustus 2025. Dengan mengusung tema “Berbagi Itu Asik dan Lestari Sambil Bermesraan dengan Alam”, kegiatan ini menghadirkan pengalaman belajar langsung bagi para petani setempat.
Dari sharing pembelajaran dapat disimpulkan bahwa sebagian besar warga Tou Barat menggantungkan hidup pada kebun kakao, tanaman pangan, dan hortikultura. Lahan mereka masih subur, namun mulai terancam akibat praktik pertanian intensif pada masa lalu. Kegiatan ini dinilai relevan untuk membangun kesadaran baru tentang cara bertani yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Kepala Desa Tou Barat, Frans Seda, dalam sambutannya menekankan pentingnya peran petani.
“Pejabat bisa berganti, tapi petani selalu hadir memastikan ketersediaan pangan bagi seluruh umat manusia,” ujarnya.
Menurutnya, profesi petani merupakan panggilan hidup yang mulia dan perlu mendapat perhatian serius dari semua pihak.
Tantangan Perubahan Iklim
Manajer Program Tananua Flores, Heribertus Se, menyoroti persoalan perubahan iklim yang semakin nyata. Ia menyebut ketidakpastian musim, kekeringan, banjir, dan serangan hama sebagai tantangan besar yang dihadapi petani saat ini.
“Pertanian cerdas iklim bukan pilihan, melainkan keharusan. Desa Tou Barat punya kekuatan khas. Dengan belajar bersama, kita bisa melahirkan inovasi yang relevan bagi masa depan,” jelasnya.
Heribertus juga mendorong keberanian petani untuk saling berbagi pengalaman. Menurutnya, berbagi merupakan jalan menuju kekuatan bersama dalam menghadapi tantangan pertanian.
Kegiatan belajar pertanian organik di isi dengan materi-materi ini yang merupakan kehidupan dunia pertanian antara teori, Praktik dan juga refleksi pengalaman dari masing-masing individu. Dalam Sesi inti ini dibawakan oleh Benyamin, praktisi pertanian organik. Ia memaparkan lima strategi penting:
- Menggunakan varietas unggul tahan iklim ekstrim.
- Melakukan pemupukan berimbang dengan pupuk organik.
- Mengelola sumber daya air secara bijak.
- Mengurangi ketergantungan pada pestisida kimia dengan ramuan alami.
- Melakukan diversifikasi tanaman untuk menjaga ketahanan ekonomi keluarga.
Peserta menilai materi tersebut tidak hanya sebatas teori, tetapi langsung menyentuh realitas kehidupan mereka sehari-hari.
Jaga Tanah Leluhur
Di akhir kegiatan, Heribertus mengingatkan pentingnya menjaga tanah dan air dari ancaman proyek besar yang merusak lingkungan.
“Tuhan titipkan tanah ini untuk dikelola dengan baik. Mari kita jaga tanah leluhur dari proyek multinasional yang merusak lingkungan,” katanya.
Kepala Desa Frans Seda menambahkan pesan kuat kepada masyarakatnya.
“Orang luar saja mau belajar di desa ini. Masa kita, masyarakat sendiri, menyia-nyiakan pengetahuan yang kita miliki? Mari kita kembangkan, demi anak cucu, demi tanah leluhur kita, demi bangsa,” tegasnya.
Kunjungan belajar di Tou Barat bukan sekadar pertemuan singkat, melainkan proses membangun kesadaran bersama. Kegiatan ini menekankan bahwa perubahan dapat dimulai dari langkah kecil: menanam pohon, merawat tanah, berbagi pengalaman, dan mencintai kebun. Tou Barat kini memiliki cerita baru. Dari desa kecil dengan infrastruktur terbatas, ia tumbuh menjadi ruang pembelajaran bagi banyak orang. Dari petani sederhana, lahir guru kehidupan yang menyalakan harapan untuk masa depan pertanian yang lebih hijau, adil, dan lestari.
Ditulis : HS
Eksplorasi konten lain dari Tananua Flores
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.