

Ende, 2 Juli 2025 – Suara petani dari pegunungan dan nelayan dari pesisir bersatu dalam satu forum di Desa Malawaru, Kecamatan Nangapanda, Kabupaten Ende. Mereka datang dari 14 desa dampingan Yayasan Tananua Flores (YTNF) untuk mengikuti Pertemuan Semestral yang berlangsung sejak 24 hingga 27 Juni 2025, dengan semangat yang sama: merawat bumi, menjaga kehidupan.
Pertemuan ini merupakan bagian dari strategi pendampingan rutin YTNF yang digelar setiap enam bulan. Selama empat hari, para peserta dari desa-desa pesisir dan pegunungan menggali isu-isu utama yang mereka hadapi, mulai dari krisis lingkungan, keterbatasan akses pasar, hingga hilangnya benih pangan lokal. Di tengah situasi itu, forum ini hadir sebagai ruang bersama pertama yang mempertemukan para pelaku utama pertanian dan kelautan di wilayah dampingan.
“Petani dan nelayan selama ini berjalan sendiri-sendiri. Forum ini menjadi ruang konsolidasi untuk merefleksikan pengalaman dan menyuarakan kebutuhan mereka yang belum tersentuh oleh kebijakan,” ujar Heribertus Se., Manajer Program YTNF.
Dua Dunia, Satu Visi
Peserta dari wilayah pesisir fokus pada Program Kelautan dan Perikanan yang mencakup pengelolaan ruang laut berbasis komunitas, pengamanan hak kelola, inklusi keuangan, dan ketahanan pangan keluarga nelayan.
Sementara itu, peserta dari desa pegunungan mengembangkan Program Livelihood Sustainable, yang menekankan pada penguatan organisasi petani, pertanian berkelanjutan, dan ekonomi kerakyatan melalui konsep lokal “Uma, Sao, Rega” (Kebun, Rumah, dan Pasar).
Meskipun berbeda lanskap geografis, keduanya memiliki tantangan serupa: kerusakan lingkungan, lemahnya pengelolaan kelompok, hingga dominasi kebijakan yang belum berpihak pada akar rumput.
Diskusi Mendalam dan Praktik Langsung
Kegiatan ini menghadirkan berbagai narasumber dan fasilitator untuk membahas sejumlah topik penting:
- Pelestarian lingkungan berbasis komunitas
- Kemandirian pangan lokal sebagai jati diri petani
- Peran pemuda dalam pertanian dan kelautan berkelanjutan
- Inovasi pengelolaan sampah dan seleksi benih
- Penguatan usaha kelompok berbasis potensi desa
Tidak hanya diskusi, peserta juga terlibat langsung dalam praktik lapangan seperti:
- Pembuatan pupuk organik untuk konservasi tanah dan air
- Persemaian benih unggul lokal
- Pengolahan pangan lokal seperti sambal gurita dan stik labu besi
- Pengelolaan sampah plastik dengan pendekatan edukatif bertema “Sampah Plastik Sahabat Orang Cerdas”
Menjawab Tantangan, Merajut Harapan
Dalam sesi refleksi, para petani dan nelayan menyampaikan pengalaman unik dari desa mereka. Beberapa kelompok menceritakan keberhasilan dalam menjaga sumber pangan lokal, sementara yang lain menyoroti ancaman alih fungsi lahan dan kerusakan laut akibat penggunaan alat tangkap destruktif.
“Kegiatan ini bukan hanya tentang transfer pengetahuan, tapi membangun kepercayaan antar komunitas. Kita mulai menyatukan langkah untuk membangun desa secara berkelanjutan,” ujar salah satu peserta dari Desa Kotabaru.
Kesepakatan Bersama: Forum untuk Masa Depan
Pertemuan ditutup dengan kesepakatan membentuk forum lintas desa untuk memperkuat suara petani dan nelayan secara kolektif. Forum ini diharapkan menjadi ruang advokasi bersama dalam menghadapi tantangan kebijakan, akses pasar, dan pelestarian sumber daya alam.
YTNF menyatakan akan terus memfasilitasi pertemuan semacam ini, dengan lokasi bergiliran di desa-desa dampingan, guna menjaga kesinambungan proses belajar, solidaritas antar komunitas, dan perumusan solusi bersama.
“Ini tentang peradaban baru: ketika laut dan ladang tidak lagi terpisah, tapi saling menopang,” tutup Heribertus.


Ditulis : Jhuan Mari
Eksplorasi konten lain dari Tananua Flores
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.