Ende, Tananua Flores | 11/24/2026,Kerja sama antara World Neighbors (WN) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia (KLHK-RI) telah berlangsung selama dua periode dan kini memasuki tahun terakhir pada tahap kedua kemitraan. Program yang diberi nama “Program Terpadu Pengarusutamaan Adaptasi Perubahan Iklim untuk Menurunkan Kerentanan Masyarakat Perdesaan di Wilayah Nusa Tenggara” ini menjadi upaya strategis untuk memperkuat ketahanan desa terhadap risiko perubahan iklim.
Fokus Tahun Ketiga: Prioritas pada Peningkatan Skor Adaptasi dan Mitigasi
Pada tahun ketiga, dengan tersedianya anggaran yang terbatas, kegiatan lapangan diprioritaskan untuk mendorong peningkatan skor indikator aksi adaptasi, mitigasi, dan penguatan kelembagaan. Melalui dukungan pemerintah daerah, Dinas Lingkungan Hidup, serta arahan teknis staf KLH/BPLH terkait registrasi ProKlim, seluruh 58 kelompok ProKlim di 56 desa pada 7 kabupaten berhasil meningkatkan levelnya menuju kategori Madya dan Utama.
Proses verifikasi ProKlim oleh KLH/BPLH telah rampung pada Agustus 2025, dan seluruh pihak kini menantikan pengumuman resmi dari KLHK terkait kelompok ProKlim yang berpotensi mencapai level Utama.
Dasar Kerja Sama: Memorandum Saling Pengertian (MSP)
Melalui MSP, WN dan KLHK berkomitmen memperkuat pelaksanaan program adaptasi perubahan iklim nasional, dengan tiga tujuan utama:
- Menurunkan kerentanan masyarakat perdesaan.
- Meningkatkan daya dukung lingkungan dan sumber daya alam.
- Mendorong partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan.
Tujuan ini sejalan dengan RPJMN 2020–2024, Renstra KLHK 2020–2024, dan kontribusi Indonesia dalam Nationally Determined Contribution (NDC).
Jangkauan Program di NTB dan NTT
Program ini dilaksanakan di tujuh kabupaten pada dua provinsi:
1. Nusa Tenggara Barat (NTB)
- Lombok Barat (8 desa) – Pusat Studi Pembangunan (PSP-NTB)
- Lombok Tengah (9 desa) – Berugak Dese Lombok (BDL)
- Lombok Timur (8 desa) – Lembaga Pengembangan Sumber Daya Mitra (LPSDM)
- Dompu (7 desa) – Lembaga Studi Pengkajian Lingkungan (LESPEL)
2. Nusa Tenggara Timur (NTT)
- Nagekeo (13 desa) – Yayasan Mitra Tani Mandiri Flores (YMTMF)
- Ende (6 desa) – Yayasan Tananua Flores (YTNF)
- Sumba Timur (5 desa) – Sumba Integrated Development (SID)
58 Kelompok ProKlim Mendapat Pendampingan Intensif
Selama pelaksanaan program, sebanyak 58 kelompok ProKlim didampingi—26 kelompok lama dan 32 kelompok baru. Pendampingan diberikan melalui:
- Penguatan kelembagaan desa
- Penyusunan dan implementasi rencana aksi adaptasi dan mitigasi
- Monitoring partisipatif berbasis masyarakat
Pendekatan ini membantu masyarakat memahami risiko iklim dan bencana, sekaligus menyiapkan strategi nyata dalam menghadapi dampaknya.
Kolaborasi Lokal untuk Keberlanjutan
Mitra lokal memegang peran kunci dalam memastikan efektivitas intervensi. Kolaborasi antara kelompok masyarakat, pemerintah desa, pemerintah kabupaten–provinsi, serta WN, berhasil memperkuat rasa kepemilikan program. Hasilnya, praktik baik yang dikembangkan berpotensi berlanjut secara mandiri dan mendukung sinergi lintas pemangku kepentingan dalam agenda adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
Program ini tidak hanya meningkatkan kapasitas masyarakat, tetapi juga membangun dasar yang kuat bagi keberlanjutan lingkungan di masa depan.
Selanjutnya: Program Pengarusutamaan Adaptasi Perubahan Iklim: Kolaborasi WN dan KLHK Memperkuat Ketahanan Desa di Nusa TenggaraKunjungi dokumen dibawah ini
Eksplorasi konten lain dari Tananua Flores
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
