Mengatasi Tantangan Administrasi: Pertemuan Bersama Pengurus Kelompok Iwa Tolo dan Dasawisma Gae Imu

Ende, Rutujeja- Tananua |– Pertemuan bersama pengurus kelompok Iwa Tolo 1, 2, dan Dasawisma Gae Imu menjadi momen refleksi dan evaluasi penting dalam pengelolaan administrasi organisasi. Sapaan pembuka dari Maria Sepi (Nining) mengawali diskusi yang membahas berbagai tantangan pengisian dokumen administrasi dan keuangan kelompok.(18 /1/ 2025)

Tantangan yang Dihadapi Pengurus

Kesulitan Mengisi Buku Administrasi Buku-buku administrasi seperti buku kas, buku tamu, buku notulen, dan SIMPIN PUMK untuk Dasawisma Gae Imu masih banyak yang belum terisi. Ibu Natalia, salah satu pengurus, mengungkapkan bahwa banyak anggota belum memahami cara pengisian yang benar. Akibatnya, dokumen penting seperti buku SIMPIN-PINJAM sama sekali belum digunakan.

Minimnya Peran dan Tugas Pengurus Pengisian buku administrasi sebagian besar masih menjadi tanggung jawab ketua kelompok. Beban kerja yang berat ini membuat ketua harus membagi waktu antara pekerjaan kelompok dan aktivitas pribadi seperti mengurus kebun dan ekonomi keluarga.

Dokumen Resmi yang Belum Diperbarui Robertus Gati mengungkapkan bahwa Surat Keputusan (SK) kelompok masih tertahan di tangan sekretaris desa. Selain itu, daftar anggota aktif dalam SK belum mencerminkan kondisi terkini, menambah kerumitan dalam pengelolaan administrasi.

Kurangnya Kebiasaan Dokumentasi Buku tamu yang seharusnya digunakan untuk mencatat kunjungan sering kali terabaikan. Buku notulen juga jarang diisi, sehingga hasil rapat tidak terdokumentasi dengan baik.

Rencana Aksi untuk Mengatasi Tantangan

Dari diskusi yang berlangsung, beberapa langkah strategis diusulkan untuk memperbaiki situasi:

  1. Pelatihan Pengisian Buku Administrasi Pelatihan khusus akan diberikan kepada pengurus untuk memahami cara pengisian buku administrasi dengan benar. Pendekatan ini diharapkan dapat meringankan beban ketua dengan mendistribusikan tanggung jawab ke pengurus lain.
  2. Distribusi Tugas yang Jelas Setiap pengurus akan diberi tanggung jawab untuk mengelola dokumen tertentu, seperti buku kas, buku tamu, atau buku notulen, sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya.
  3. Mempercepat Penyerahan dan Pembaruan SK Kelompok Kelompok akan segera berkoordinasi dengan sekretaris desa untuk mendapatkan SK yang masih tertahan. Setelah itu, daftar anggota aktif akan diperbarui agar relevan dengan kondisi terkini.
  4. Meningkatkan Kebiasaan Dokumentasi Pengurus diajak untuk membangun kebiasaan mencatat secara rutin, baik dalam buku notulen maupun buku tamu, guna memastikan kegiatan kelompok terdokumentasi dengan baik.

Kisah Inspiratif Mama Nata: Ketulusan di Balik Tantangan

Salah satu momen penuh makna dalam pertemuan ini adalah cerita dari Mama Nata, seorang pengurus yang setia menjalankan tugas meskipun menghadapi banyak keterbatasan. Dengan rendah hati, Mama Nata mengakui bahwa selama ini pengisian buku administrasi hanya dilakukan oleh ketua kelompok karena pengurus lain belum memahami caranya.

Namun, Mama Nata tidak menyerah. Ia berinisiatif belajar sedikit demi sedikit dari pendamping dan anggota kelompok lainnya. “Saya yakin kalau kita belajar pelan-pelan, lama-lama akan bisa. Tidak apa-apa terlambat, yang penting mau mulai,” ujarnya dengan senyum optimis.

Cerita ini menginspirasi seluruh anggota kelompok untuk terus berusaha, meskipun banyak tantangan yang harus dihadapi.

Langkah Awal yang Disepakati

Sebagai tindak lanjut, beberapa langkah awal telah dirancang untuk membantu kelompok memperbaiki pengelolaan administrasi:

  • Workshop Pengisian Dokumen: Pendamping akan mengadakan workshop kecil untuk melatih pengurus mengisi buku administrasi, termasuk buku notulen, buku tamu, dan SIMPIN PUMK. Pendekatan ini dilakukan dengan simulasi langsung agar mudah dipahami.
  • Distribusi Buku Administrasi ke Tiap Pengurus: Tugas administrasi akan dibagi ke beberapa pengurus. Sebagai contoh, Mama Nata akan mengelola buku tamu, sementara pengurus lain bertanggung jawab atas buku notulen dan buku kas.
  • Koordinasi dengan Sekretaris Desa: Kelompok akan segera menghubungi sekretaris desa untuk mempercepat penyerahan SK kelompok.
  • Meningkatkan Kesadaran Dokumentasi: Pengurus diajak untuk mencatat setiap kegiatan, mulai dari rapat kecil hingga kunjungan tamu. Hal ini diharapkan menjadi kebiasaan yang memperkuat manajemen kelompok di masa depan.

Harapan untuk Kelompok

Melalui evaluasi ini, diharapkan kelompok Iwa Tolo dan Dasawisma Gae Imu dapat memperkuat manajemen administrasinya. Dengan pendampingan intensif, para pengurus diharapkan mampu menjalankan tugas mereka secara lebih mandiri. Administrasi yang kuat akan mendukung pengembangan kegiatan ekonomi dan sosial yang bermanfaat bagi seluruh anggota.

“Kita semua punya peran masing-masing. Kalau setiap orang mau ambil bagian, kelompok kita pasti bisa jadi lebih baik,” kata Mama Nata penuh harapan.

Cerita ini membuktikan bahwa perubahan membutuhkan waktu, tetapi bisa dimulai dari langkah kecil. Dengan semangat dan komitmen dari pengurus kelompok serta dukungan dari pendamping dan pihak desa, kelompok ini mampu membangun sistem administrasi yang lebih kokoh dan mencapai tujuan bersama.

Nining

Mengatasi Tantangan Administrasi: Pertemuan Bersama Pengurus Kelompok Iwa Tolo dan Dasawisma Gae Imu Read More »

Kebun Pangan Bapak Yosep Natalis Yono: Mengelola Keanekaragaman di Lahan Satu Hektar

Ende, Tananua – Di Dusun Lioboto, Desa Detuwulu, sebuah kebun pangan milik Bapak Yosep Natalis Yono menjadi contoh keberhasilan dalam pengelolaan lahan secara bijaksana. Dengan memanfaatkan lahan seluas satu hektar, Bapak Yosep berhasil mengembangkan berbagai jenis tanaman pangan seperti padi, jagung, porang, singkong, dan pisang. Kombinasi tanaman ini tidak hanya memastikan keberlanjutan pangan keluarga tetapi juga menjadi strategi cerdas untuk meningkatkan pendapatan.

Keanekaragaman Tanaman yang Dikembangkan

Padi dan Jagung Sebagai dua tanaman pokok di banyak wilayah Indonesia, padi dan jagung menjadi prioritas utama dalam kebun ini. Padi ditanam untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga, sementara jagung, selain untuk konsumsi, juga dipasarkan sebagai komoditas lokal yang bernilai ekonomi.

Porang, Porang menjadi salah satu tanaman unggulan di kebun ini. Dengan permintaan pasar yang terus meningkat, terutama untuk ekspor, tanaman ini memiliki nilai ekonomi tinggi. Bagi Bapak Yosep, porang adalah salah satu kunci keberhasilan kebunnya.

Singkong, Tanaman serbaguna ini ditanam sebagai sumber pangan alternatif dan bahan baku untuk produk olahan seperti tepung singkong. Keberadaan singkong menambah variasi hasil panen sekaligus memberikan jaminan ketahanan pangan.

Pisang, Pisang menjadi tanaman pendukung yang memberikan hasil panen buah secara berkala. Selain itu, akar dan struktur tanaman pisang membantu mencegah erosi tanah, terutama di area yang curam.

Sistem Terasering Kayu yang Inovatif

Salah satu keunikan dari kebun ini adalah penggunaan sistem terasering dengan kayu. Sistem ini dirancang dengan beberapa tujuan:

Mengurangi Erosi, Dengan kondisi lahan yang cenderung miring, terasering kayu menjadi solusi efektif untuk mencegah erosi tanah, terutama saat musim hujan tiba.

Mengoptimalkan Penggunaan Lahan, Sistem terasering memungkinkan seluruh bagian lahan digunakan secara efisien untuk menanam berbagai jenis tanaman, sehingga produktivitas lahan meningkat.

Menjaga Kesuburan Tanah, Penahan kayu pada terasering membantu menjaga kesuburan tanah dengan meminimalkan hilangnya nutrisi akibat aliran air.

Keberlanjutan Pangan dan Ekonomi

Melalui pendekatan ini, Bapak Yosep tidak hanya menjamin kebutuhan pangan keluarga tetapi juga menciptakan peluang pendapatan tambahan. Porang, pisang, dan jagung menjadi tiga komoditas utama yang diharapkan memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan. Keanekaragaman tanaman di kebun ini juga membantu menjaga keseimbangan ekosistem lahan, menjadikannya model keberhasilan bagi petani lain di Dusun Lioboto.

Inspirasi bagi Petani Lain

Kebun pangan milik Bapak Yosep Natalis Yono adalah bukti nyata bahwa sebuah lahan satu hektar bisa dimanfaatkan secara maksimal dengan pendekatan yang beragam dan berkelanjutan. Semangat kerja keras dan kreativitasnya dalam mengelola kebun ini menjadi inspirasi bagi petani lain di Desa Detuwulu.

“Saya ingin kebun ini tidak hanya bermanfaat untuk keluarga, tetapi juga menjadi contoh bagi petani lain bahwa kita bisa memanfaatkan lahan dengan lebih baik,” ungkap Bapak Yosep penuh semangat.

Dengan keanekaragaman tanaman, sistem terasering kayu, dan dedikasi tinggi, kebun pangan ini menggambarkan harapan bagi masa depan pertanian yang lebih mandiri dan berkelanjutan. Bagi Desa Detuwulu, kebun ini bukan sekadar sumber pangan, tetapi juga simbol keberhasilan dan inovasi yang menginspirasi.

Ansel Sa

Kebun Pangan Bapak Yosep Natalis Yono: Mengelola Keanekaragaman di Lahan Satu Hektar Read More »

Pengembangan Tanaman Pala Berbasis Pangan: Langkah Menuju Pertanian Diversifikasi Berkelanjutan


Lioboto, Detuwulu, Maurole – 17 Januari 2025 Sebuah inisiatif pertanian berkelanjutan mulai berkembang di Dusun Lioboto, Desa Detuwulu, tepatnya di lokasi Seroria. Urbanus Paru Wara, Kepala Desa Detuwulu terpilih, memimpin langkah strategis dengan mengembangkan tanaman pala di kebunnya seluas satu hektare. Pendekatan ini diharapkan menjadi model bagi para petani dalam mempraktikkan pertanian yang efisien dan berkelanjutan.

Pendampingan Strategis
Menurut Ansel Sa, staf program dari Yayasan Tananua Flores yang mendampingi Desa Tou Barat dan Desa Detuwulu, kebun pala ini dirancang dengan menerapkan jarak tanam antar pohon 7 meter x 7 meter. Langkah ini bertujuan untuk:

Optimalisasi Ruang: Setiap pohon mendapatkan sinar matahari, air, dan nutrisi tanah secara merata.

Pencegahan Persaingan Nutrisi: Jarak yang teratur meminimalkan kompetisi antar akar pohon.

Kemudahan Perawatan: Pola tanam ini memudahkan proses pemupukan, penyiangan, dan panen.

Pemilihan Lokasi Strategis
Dusun Lioboto di Seroria dipilih karena kondisi tanah yang subur, iklim yang cocok, dan akses air yang memadai, faktor penting bagi pertumbuhan tanaman pala.

Urbanus Paru Wara menjelaskan bahwa tanaman pala memiliki nilai ekonomi tinggi di pasar lokal dan internasional. Namun, di Desa Detuwulu, pengelolaannya masih membutuhkan pendekatan strategis. Oleh karena itu, ia berharap kebun pala ini menjadi inspirasi bagi masyarakat untuk mengembangkan potensi serupa.

Harapan dan Dampak
Pengembangan ini diharapkan membawa dampak positif, seperti:

Konservasi Lahan: Jarak tanam yang terencana menjaga kesuburan tanah.

Pendapatan Berkelanjutan: Tanaman pala menawarkan nilai ekonomi tinggi untuk jangka panjang.

Model Replikasi: Kebun ini dapat menjadi contoh bagi petani lain untuk menerapkan praktik pertanian berkelanjutan.

Urbanus menyampaikan, “Kami ingin menunjukkan bahwa pertanian yang direncanakan dengan baik bisa menjadi solusi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa merusak lingkungan.”

Langkah yang diambil oleh Urbanus Paru Wara ini membuktikan bahwa perubahan dapat dimulai dari tindakan kecil yang terencana dengan baik. Pengembangan kebun pala ini tidak hanya tentang penanaman, tetapi juga harapan untuk masa depan pertanian yang lebih baik di Desa Detuwulu.

Ansel Sa

Pengembangan Tanaman Pala Berbasis Pangan: Langkah Menuju Pertanian Diversifikasi Berkelanjutan Read More »

Bersama Mengelola Sumber Daya Alam: Fasilitasi Kelompok Usaha di Desa Mbo Bhenga

Mbobhenga/Nangapenda, 16 Januari 2025 — Desa Mbo Bhenga terus melangkah maju dalam mengelola sumber daya alam demi masa depan generasi muda. Ansel Kaki Reku, salah satu penggerak masyarakat, menegaskan bahwa potensi sumber daya alam Desa Mbo Bhenga menjadi fokus utama dalam upaya pemberdayaan masyarakat melalui pembentukan kelompok usaha berdaya saing.

Dalam pertemuan terbaru yang difasilitasi oleh Yayasan Tananua Flores, sejumlah langkah strategis telah disepakati. Pertemuan ini mencakup pembaruan data kelompok, penyusunan rencana kerja, dan perumusan strategi pengelolaan potensi alam desa secara berkelanjutan.

Penguatan Kelompok Usaha sebagai Motor Penggerak Ekonomi

Kepala Desa Mbo Bhenga, Bruno Goa, menyatakan bahwa kelompok usaha memiliki peran vital dalam menggerakkan ekonomi masyarakat. “Kelompok usaha di desa kami mengelola berbagai jenis usaha berbasis sumber daya lokal, seperti pertanian, perikanan, hingga produk olahan. Salah satu kelompok perempuan bahkan sedang mengembangkan usaha pewarna alami dari tanaman hutan yang disebut Lobha,” ujarnya.

Langkah-langkah yang telah difasilitasi dalam pertemuan tersebut meliputi:

  1. Pembaruan Data Kelompok Setiap anggota kelompok didata ulang untuk memastikan keaktifan dan keterlibatan mereka. Data ini juga digunakan untuk mengidentifikasi kemampuan dan minat anggota agar usaha dikelola lebih efektif.
  2. Penyusunan Rencana Kerja Rencana kerja disusun secara partisipatif dengan melibatkan seluruh anggota kelompok.
  3. Fokus Utama Kelompok Usaha
    • Pengelolaan Sumber Daya Alam: Pemanfaatan hasil hutan, lahan pertanian, dan sumber air.
    • Diversifikasi Usaha: Penambahan jenis usaha untuk mengurangi risiko ekonomi.
    • Pengelolaan Keuangan: Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas.
    • Pelatihan dan Pendampingan: Pelatihan singkat mengenai pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan, seperti teknik agroforestri dan pemasaran produk.

Strategi Bersama untuk Pengelolaan Sumber Daya Alam

Meskipun Desa Mbo Bhenga kaya akan sumber daya alam, pengelolaannya yang kurang optimal menjadi tantangan utama. Dalam pertemuan tersebut, sejumlah strategi bersama disepakati:

  • Konservasi dan Pemanfaatan Berkelanjutan Anggota kelompok berkomitmen untuk menjaga keberlanjutan sumber daya dengan membatasi eksploitasi berlebihan. Salah satu inisiatif adalah penanaman kembali pohon di lahan kritis.
  • Pemanfaatan Teknologi Sederhana Teknologi sederhana, seperti alat pengolahan hasil pertanian dan irigasi efisien, akan diperkenalkan untuk meningkatkan produktivitas.
  • Kolaborasi dengan Pemerintah Desa Kelompok usaha akan bekerja sama dengan pemerintah desa untuk mengintegrasikan program mereka ke dalam rencana pembangunan desa.

Tantangan yang Dihadapi Kelompok Usaha

Seperti banyak desa lain, Desa Mbo Bhenga menghadapi berbagai tantangan, antara lain:

  1. Kurangnya Pemahaman Administrasi dan Manajemen, Banyak anggota kelompok belum terbiasa dengan pencatatan administrasi dan pengelolaan keuangan.
  2. Minimnya Akses ke Pasar, Produk kelompok usaha hanya dipasarkan secara lokal, sehingga sulit bersaing di pasar yang lebih luas.
  3. Keterbatasan Modal dan Sarana Produksi, Kelompok usaha kekurangan modal untuk mengembangkan usaha secara optimal.
  4. Kendala Lingkungan, Degradasi lingkungan seperti erosi dan kerusakan hutan menjadi tantangan signifikan.

Pengembangan Ekowisata sebagai Rencana Jangka Panjang

Ekowisata menjadi salah satu rencana jangka panjang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Beberapa langkah yang direncanakan:

  • Identifikasi Potensi Wisata Alam Lokasi seperti Mbobhenga Eko Park, sungai, dan area persawahan menjadi fokus utama.
  • Peningkatan Infrastruktur Dasar Perbaikan jalan, pembangunan tempat peristirahatan, dan fasilitas sanitasi akan dilakukan.
  • Pelatihan Masyarakat Anggota kelompok usaha akan dilatih menjadi pemandu wisata, mengelola homestay, dan menjaga lingkungan.
  • Pengembangan Produk Wisata Produk wisata yang akan dikembangkan meliputi wisata edukasi, kuliner, dan budaya.

Kisah Inspiratif: Saudara Kristo dan Mimpinya untuk Ekowisata Desa

Saudara Kristo, seorang pemuda desa, adalah contoh inspiratif dalam perjalanan kelompok usaha Desa Mbo Bhenga. Dengan semangat belajar dan inovasi, ia berkontribusi besar dalam pengembangan ekowisata. Kristo aktif mengikuti pelatihan dan kini mampu memandu wisatawan dengan cerita menarik tentang desa. “Saya ingin anak-anak muda bangga tinggal di desa ini dan menjaga tanah kita bersama,” ujarnya.

Kisah Inspiratif: Bapak Simon, Pelestari Hutan Desa

Bapak Simon, tokoh masyarakat Desa Mbo Bhenga, menjadi pelopor pelestarian hutan. Ia memimpin program penanaman pohon di area kritis dan mendorong sistem agroforestri. “Kita semua punya tanggung jawab menjaga tanah ini untuk anak cucu kita,” katanya.

Optimisme untuk Masa Depan

Dengan strategi yang matang dan semangat gotong royong, Desa Mbo Bhenga berpotensi menjadi contoh sukses pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Kisah inspiratif dari Saudara Kristo dan Bapak Simon menguatkan harapan bahwa kesejahteraan bersama dapat dicapai melalui langkah-langkah bijaksana dan kolaborasi yang erat.

Ansel

Bersama Mengelola Sumber Daya Alam: Fasilitasi Kelompok Usaha di Desa Mbo Bhenga Read More »

Berbagi Pengetahuan dan Pengalaman: Berbagi itu Indah

Seleksi Benih untuk Meningkatkan Kualitas Produksi

Seleksi Beni Padi

Ende, Wewaria – 17 Januari 2025. Belajar teknologi pertanian berkelanjutan menjadi kunci untuk meningkatkan produksi hasil panen yang bermutu. Frans Baso menyatakan bahwa pemilihan benih yang baik merupakan langkah awal yang sangat penting untuk memastikan hasil panen yang berkualitas tinggi serta kuantitas yang maksimal. Berikut adalah teknik sederhana yang dapat digunakan oleh petani, bahkan dengan peralatan dan sumber daya yang terbatas.

Tahapan Seleksi Benih

Berdasarkan pengalaman pendampingan staf Tananua Flores, Didin (Rentes) Lamaba menjelaskan bahwa proses seleksi benih melibatkan beberapa tahap berikut:

  1. Seleksi Fisik Benih:
    • Pemilihan dari Panen Sebelumnya: Pilih tanaman yang memiliki hasil terbaik selama musim panen terakhir, misalnya tanaman dengan buah besar, sehat, dan hasil melimpah. Buah atau bagian tanaman ini akan menjadi sumber benih.
    • Pemeriksaan Visual: Benih yang baik memiliki ciri-ciri berikut:
      • Ukuran seragam (tidak terlalu kecil atau cacat).
      • Permukaan mulus dan tidak keriput.
      • Warna cerah sesuai jenisnya.
      • Bebas dari tanda kerusakan atau serangan hama.
  2. Tes Perendaman Sederhana: Rendam benih dalam air bersih. Benih yang mengapung umumnya tidak layak tanam karena mungkin kosong atau ringan, sementara benih yang tenggelam biasanya berkualitas baik.
  3. Uji Daya Tumbuh: Sebelum ditanam, petani disarankan menguji daya tumbuh benih dengan langkah-langkah berikut:
    • Ambil sejumlah kecil benih (50–100 butir).
    • Letakkan di atas kain basah atau tisu yang dibasahi air.
    • Tutup dengan kain lain dan simpan di tempat hangat selama beberapa hari. Pastikan kain tetap lembap, tetapi tidak terlalu basah.
    • Hitung jumlah benih yang berkecambah dalam 5–7 hari. Jika lebih dari 80% benih berkecambah, benih tersebut layak tanam.

Penyimpanan Benih

Kualitas benih juga sangat bergantung pada cara penyimpanan. Teknik sederhana untuk menyimpan benih meliputi:

  • Gunakan wadah kedap udara seperti botol kaca atau kantong plastik tebal.
  • Simpan di tempat sejuk, kering, dan terlindung dari cahaya matahari langsung.
  • Hindari kelembapan tinggi yang dapat menyebabkan jamur atau kerusakan pada benih.

Penerapan Teknik dari Petani ke Petani

Om Frans bersama Ibu dapat menggunakan teknik ini untuk melatih petani lain dalam kelompok melalui metode berbasis praktik langsung (learning by doing), yang lebih mudah dipahami oleh petani. Berikut langkah-langkah pembelajaran berbasis petani ke petani:

  1. Pelatihan Lapangan Sederhana: Ajak petani lain ke ladang Om Frans sebagai lokasi praktik. Perlihatkan proses seleksi benih mulai dari pengumpulan, pemeriksaan fisik, hingga tes perendaman dan daya tumbuh.
  2. Diskusi dan Berbagi Pengalaman: Dorong petani lain berbagi pengalaman mereka tentang teknik seleksi benih yang pernah digunakan. Bandingkan hasil panen dari benih yang diseleksi dengan benih yang tidak melalui proses seleksi.
  3. Distribusi Benih Pilihan: Setelah pelatihan, Om Frans dan Ibu dapat membagikan benih hasil seleksi kepada petani lain sebagai contoh benih berkualitas. Dorong petani untuk meniru proses ini pada panen berikutnya.
  4. Pendokumentasian Hasil: Buat catatan sederhana tentang teknik yang diajarkan, jenis tanaman, jumlah benih yang diseleksi, dan hasil panen. Informasi ini dapat menjadi bahan evaluasi untuk perbaikan metode di musim tanam berikutnya.

Manfaat Teknik Sederhana

Dengan menggunakan teknik seleksi benih sederhana ini, para petani dapat:

  • Mengurangi ketergantungan pada benih komersial yang mahal.
  • Meningkatkan hasil panen secara berkelanjutan.
  • Memiliki benih yang lebih tahan terhadap penyakit dan hama karena berasal dari tanaman lokal yang telah beradaptasi dengan kondisi setempat.
  • Memperkuat ikatan antarpetani melalui pembelajaran berbasis komunitas.

Dengan dukungan dan bimbingan dari Om Frans dan Ibu, teknik ini diharapkan dapat menjadi langkah awal yang kuat dalam meningkatkan produktivitas kelompok tani sekaligus memperkuat keberlanjutan pertanian desa.

Didin Lamaba

Berbagi Pengetahuan dan Pengalaman: Berbagi itu Indah Read More »

Translate »