Refleksi Aksi Staf Program Peningkatan Hak Alam dan Hak Warga

Suasana penuh semangat mewarnai ruang pertemuan di Kantor Yayasan Tananua Flores pada 3 Februari 2025. Para staf program Peningkatan Hak Alam dan Hak Warga berkumpul untuk melakukan refleksi mendalam atas perjalanan program yang telah berjalan di 14 desa dampingan di Kabupaten Ende. Acara ini menjadi wadah bagi para staf untuk berbagi pengalaman, mengidentifikasi pembelajaran penting, serta merancang strategi ke depan guna memastikan efektivitas program.

Menemukan Cahaya di Tengah Perjuangan

Setiap desa memiliki cerita uniknya sendiri. Diskusi yang berlangsung mengungkap beberapa pembelajaran menarik dari lapangan:

  1. Kesadaran Masyarakat yang Meningkat
    Di desa-desa seperti Raburia, Pemo, Tenda, Wolomuku, dan Tiwusora, masyarakat mulai memahami pentingnya keseimbangan antara pemanfaatan sumber daya alam dan pelestarian lingkungan. Salah satu inisiatif yang lahir dari kesadaran ini adalah penerapan sistem agroforestri untuk mengelola lahan kritis.
  2. Inovasi dalam Pendekatan Sosialisasi
    Beberapa desa seperti Ja Moke Asa, Numba, dan Randoria menemukan bahwa diskusi kelompok kecil lebih efektif dibandingkan pendekatan seremonial yang bersifat satu arah. Interaksi yang lebih intensif ini memungkinkan masyarakat untuk lebih memahami dan merespons isu-isu hak alam dan hak warga.
  3. Kepemimpinan Lokal yang Kuat
    Di Desa Wolooja, Jeo Dua, Detubela, dan Tonggopapa, kelompok LPHAM (Lembaga Pelindung Hak Alam dan Masyarakat) dan para penghubung desa semakin aktif mendokumentasikan isu-isu hak alam serta berkoordinasi dengan pemerintah desa untuk mencari solusi yang berkelanjutan.

Tantangan yang Tak Bisa Diabaikan

Di balik keberhasilan yang telah dicapai, masih ada tantangan yang perlu dihadapi dengan strategi yang lebih matang:

  1. Resistensi terhadap Perubahan
    Sebagian komunitas masih skeptis terhadap konsep perlindungan hak alam. Kekhawatiran akan berkurangnya akses terhadap sumber daya yang selama ini mereka manfaatkan menjadi hambatan utama dalam penerapan kebijakan lingkungan.
  2. Minimnya Dukungan dari Pemerintah Desa
    Tidak semua desa memiliki dukungan penuh dari perangkat desa. Akibatnya, beberapa rekomendasi kebijakan tidak dapat terakomodasi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes).
  3. Kendala Geografis
    Desa-desa terpencil seperti Mbotulaka dan Liselande menjadi tantangan tersendiri bagi tim program, terutama saat musim hujan. Akses yang sulit membuat pendampingan di wilayah ini membutuhkan strategi khusus.

Strategi untuk Masa Depan

Berdasarkan hasil refleksi, tim program merumuskan beberapa strategi yang akan diterapkan untuk mengatasi tantangan yang ada:

  1. Peningkatan Kapasitas LPHAM
    Pelatihan lanjutan akan diberikan kepada kelompok LPHAM agar mereka lebih mandiri dalam mengadvokasi hak-hak mereka serta membangun koordinasi yang lebih erat dengan pemerintah desa.
  2. Pendekatan Partisipatif yang Lebih Fleksibel
    Metode fasilitasi akan disesuaikan dengan karakteristik masing-masing komunitas. Misalnya, storytelling dan pembuatan video dokumentasi diharapkan dapat memperkuat pemahaman masyarakat terhadap isu-isu lingkungan.
  3. Membangun Kolaborasi dengan Pemerintah dan Lembaga Lain
    Dialog yang lebih intensif akan diinisiasi antara komunitas, pemerintah desa, dan lembaga lain guna memperkuat sinergi dalam implementasi program ini.

Refleksi Pribadi: Suara dari Lapangan

Tidak hanya berbicara soal strategi, para staf juga menyampaikan refleksi pribadi mereka selama mendampingi masyarakat:

“Saya terinspirasi oleh semangat masyarakat di Desa Tiwusora. Meskipun akses ke desa mereka sulit, mereka tetap berkomitmen untuk melindungi hutan mereka. Ini mengingatkan saya bahwa perubahan nyata berasal dari kesadaran dan aksi bersama.”Okto Pega

“Dalam proses ini, saya menyadari pentingnya mendengar sebelum berbicara. Masyarakat memiliki kebijaksanaan sendiri dalam mengelola alam. Tugas kita bukan menggurui, melainkan mendukung dengan pendekatan yang sesuai.”Oskar Nanga Nai

Melangkah dengan Keyakinan

Kegiatan refleksi ini tidak hanya menjadi ajang evaluasi program, tetapi juga momentum untuk memperkuat semangat tim dalam melanjutkan pendampingan dengan strategi yang lebih efektif. Dengan semangat kolaborasi dan keterlibatan aktif masyarakat, program ini diharapkan semakin berdampak dalam menjaga keseimbangan antara produktivitas dan kelestarian alam di desa-desa dampingan Yayasan Tananua Flores.

Perjalanan ini masih panjang, tetapi satu hal yang pasti: perubahan sedang terjadi. Dan itu berawal dari kesadaran, keberanian, dan aksi nyata di akar rumput.

Kantor Tananua Flores, Ende – 03 Februari 2025

Oleh: Benyamin Gosa
Koordinator Program Peningkatan Hak Alam dan Hak Warga

 

Refleksi Aksi Staf Program Peningkatan Hak Alam dan Hak Warga Read More »

Kapasitas Pendamping Desa Ditingkatkan, Mendukung Kemajuan Kelompok Usaha Tani di Desa

Ende, Tananua Flores | Yayasan Tananua Flores Ende dalam mendukung kelompok usaha Tani di Desa kapasitas pendamping terus ditingkatkan. Langkah dan Kegiatan ini terus dilakukan oleh Tananua agar kemajuan kelompok Tani di desa dampingan dapat terwujud.

Sebagai salah satu kegiatan yang dilakukan yakni melalui kegiatan Pelatihan Peningkatan kapasitas Pendamping dengan memberikan materi latihan untuk kemajuan kelompok Tani. Kegiatan pelatihan ini di selenggarakan pada (28/6) di café Myau-Myau jalan Eltari Ende beberapa waktu yang lalu.

Heribertus Se, sebagai maneger program dalam pengantarnya menegaskan bahwa pentingnya peningkatan kapasitas staf agar proses pendampingan terhadap petani, nelayan dan kelompok usaha dapat dilakukan secara maksimal dengan mengutamakan prinsip kekhasan yang ada pada petani.

Lebih lanjut Heri Se, mengharapkan agar materi yang disajikan dan metode palatihan sesuai dengan kondisi khusus yang terjadi pada petani, nelayan  dan kelompok usaha yang ada saat ini.

Ia menjelaskan, dari refleksi ditemukan bahwa kondisi masyarakat pedesaan berada dalam situasi yang rentan atau miskin dan ditingkat staf adanya kesenjangan kapasitas antar staf sehingga hasil program yang dicapai juga tidak memadai.

Manager Program itu mengungkapkan, perlu dilakukan bedah bersama dalam kelompok dan forum diskusi tentang masyarakat pedesaan yang rentan atau miskin dengan beberapa pertanyaan; Mengapa dan apa penyebabnya?

“ kita perlu melakukan beda bersama dalam kelompok dan forum diskusi agar bisa mengetahui penyebab dan apa rekomendasi yang perluh dilakukan”, Ungkapnya.

Sementara itu, Hironimus Pala selaku Fasilitator dari kegiatan itu mengatakan bahwa dalam pelatihan ini proses yang akan dilalui dengn pendekatan orang dewasa dan yang menjadi narasumber utama adalah peserta.

Senior Tananua itu menjelaskan Perluh dipahami kondisi saat ini agar menjadi Landasan berpikir untuk Staf dalam melakukan Pendampingan.

Menurut Hironimus fenomena dasar yang dialami oleh masyarakat desa saat ini, dari berbagai diskusi yang ditemukan sekurang-kurangnya tiga faktor utama penyebab terjadinya kemiskinan diantaranya, faktor internal (men-talitas petani), faktor eksternal  (pengaruh dari luar) dan faktor alam (bencana dan wabah penyakit). Tiga alasan tersebut saat ini sedang menjerat umat manusia rentan terutama petani dan nelayan pedesaan termasuk  desa-desa wilayah dampingan Tananua Flores.

Upaya  membangun mengetas kemiskinan, perubahan iklim, kebencanaan melalui upaya penataan pangan, perkonomian, kehidupan social, lingkungan hidup diwilayah komunitas petani dan nelayan melalui pemberdayaan kelompok tani dan kelompok nelayan rupakan misi dari pendampingan Yayasan Tananua Flores dilakukan 5 tahun belakangan.

“ kemiskina masyarakat pedesaan disebakan oleh berbagai factor antara lain: Tidak memiliki lahan, SDM rendah, Hidup tanpa mimpi atau cita-cita, Budaya (wurumana), Terlilit hutang, gali lobang tutup lobang, Tergoda pinjaman harian (ofline maupun online), Ijon, judi (ofline dan online), Pola hidup konsumtif dan boros,”

Lanjut dia “masyarakat kita Tak ada Tabungan untuk masa depan, Pengelolaan keuangan yang belum bagus, dampak bantuan uang maupun barang cuma-cuma dari pihak luar, SDM mengelolah keuangan terbatas,Sumber daya alam terbatas, Daya kerja yang rendah (malas), Bermental Bos, bergaya seperti orang kaya dan instant, Pola Hidup ikut selera, gagal panen”, Ungkap dia.

Dari Laporan Hasil evaluasi Yayasan Tananua Flores ditemukan didesa-desa dampingan Yayasan Tananua Flores ada kelompok yang mulai melakukan arisan kelompok, usaha simpan pinjam dan yang usaha lainnya. Kendala teknis yang terjadi ditingkat kelompok adalah bagaimana membukukan dan mempertanggung-jawabkan keuangan secara baik, hal ini sangat berpengaruh terhadap kemajuan usaha kelompok. Untuk itu sebagai langkah awal dimulai dengan pembukuan UBSP, sehingga menjadi model belajar dilihat dari praktek yang sudah dilakukan oleh kelompok Iwatolo desa Rutujeja dan kelompok Satojoto desa Kebirangga Selatan.

Sementara itu dalam materi teknik pembukuan keuangan kelompok dan UBSP, Halimah Tu’sadyah mengungkapkan bahwa pentingnya pembukuan keuangan bagi UBSP, karena ini merupakan nadi dalam UBSP, kalau salah kelolah UBSP bisa mati atau tutup atau juga bubar. Maka pembukuan merupakan bagian  penting dalam mengatur tentang  keuangan usaha kelompok termasuk UBSP. Salah satu alasannya adalah uang merupahkan hal sensitive yang berpotensi untuk memajukan dan juga memporak-porandakan kesatuan kelompok jika tidak dikelola dengan penuh tanggung jawab.

Ia menuturkan agar pembukuan keuangan dapat berjalan baik dalam usaha bersama maka pengurus dan bagian pengelolah Keuangan usaha kelompok wajib pahan dan pengelolah keuangan wajib bisa mengopersikan pembukuan keuanganm usaha kelompok secara transparan, efisisen dan efektif sehingga mampu mengelola  dan  mempertanggungjawabkan keuangan secara baik. Karena itu latihan ini sebagai salah satu teknik dasar yang wajib dilakukan oleh staf dalam mendampingi kelompok tani yang mengembangkan usaha bersama baik itu usaha simpan pinjam ataupun usaha lainnya . ’’tutupnya’’.

Ditulis : Ansel

Editor : HP&HT

 

Kapasitas Pendamping Desa Ditingkatkan, Mendukung Kemajuan Kelompok Usaha Tani di Desa Read More »

Menggagas  Gerak Pagi  Kelompok Tani Lodolata Group Desa Detumbewa; Optimaliasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan

Pengembangan tanaman  pekarangan dapat dijadikan sebagai sumber pangan dan gizi keluarga. Lahan pekarangan juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber pendapatan keluarga.  Riset menunjukkan bahwa lahan pekarangan rumah dapat menyumbangkan pendapatan keluarga sekitar 7- 45 %.

Tanaman yang dikembangkan disekitar rumah dikembangkan sesuai dengan potensi pekarangan. Dengan demikian Penggunaan lahan pekarangan sejatinya melihat nilai guna, kebutuhan keluarga dan potensi pasar.

Tanaman yang dikembangkan di pekarangan menjadi sumber oksigen. Lahan yang tersedia dipekarangan menjadi wahana kegiatan cinta lingkungan bagi keluarga. Penataan tanaman di sekitar rumah menjadi bagian dari estetika rumah.

Marselina Gaa (kedua dari kanan, berbaju hijau) bersama Kelompok Tani Lodolata Group melakukan aktivitas gerak pagi. Foto MG 24/1/2023

Menggagas Gerak Pagi, Kelompok Tani Lodolata Group

Salah satu kerja Yayasan Tananua Flores (YTNF) adalah mendampingi masyarakat pedesaan untuk mengembangkan lahan pekarangan. Pendampingan petani di desa dilakukan bersama kelompok-kelompok tani. Kelompok Tani Lodolata Group bersama Staf  Lapangan YTNF Desa Detumbewa, Marselina Gaa bersama para kepala dusun menggagas aktivitas pengembangan lahan pekarangan. Kegiatan ini diberi nama gerak pagi. Gerak Pagi ini menjadi kegiatan kelompok tani selama satu jam dipagi hari.

Staf yang telah berkarya di YTNF sejak  1998 ini melihat hal ini menjadi moment berharga dalam mendampingi petani untuk mengembangkan tanaman di area pekarangan.  Sejak menjadi staf  Tananua Ibu Selly telah bertugas di Koperasi Kebekolo, Desa Taniwoda, Desa Wolondopo, Desa Lise Lowobora, Desa Nua Lise, Desa Tanalangi, Desa Kereselo, Desa Mukusaki, dan Desa Detuwulu.

Gerak pagi ini dilakukan oleh Kelompok Tani Lodolata Group sebanyak 13 orang. Kegiatan gerak pagi ini dilakukan selama 10 hari untuk 10 areal pekarangan  di Dusun Batebo, Kampung Nuabaru, Desa Detumbewa.  Kelompok Tani ini menyepakati iuran sebesar 10 ribu rupiah untuk pengadaan benih sayur.

Kelompok Tani merupakan kumpulan petani/peternak/pekebun yang memiliki kesamaan kondisi lingkungan dari segi sosial, ekonomi dan sumber daya. Kelompok Tani yang terbentuk memiliki kesamaan kepentingan dan akrab dalam mengembangkan usaha anggotanya. Manajemen Kelompok Tani terdiri dari Planning (perencanaan), Organizing (organisasi), Actuating (pelaksanaan) dan Evaluation (Evaluasi).

Kelompok Tani Lodolata Group Desa Detumbewa, Kecamatan Detukeli, Ende mengolah lahan pekarangan. Foto: MG 2/1/2023

Keberadaan Kelompok Tani menjadi forum belajar berorganisasi dan berusaha tani. Terbentuknya kelompok tani menjadi wahana kerja sama antara petani. Selain itu kelompok tani dapat dijadikan sebagai unit produksi usaha tani. Kelompok Tani dapat memberikan umpan balik tentang kinerja suatu teknologi pertanian.

Potensi Lahan Pekarangan

Sebagai sumber pangan hal yang dapat dikembangkan adalah tanaman holtikultura seperti sayur-sayuran, umbi-umbian dan kacang-kacangan. Selain itu sebagai pelengkap dapat dibudidayakan ternak dan ikan. Ternak yang dikembangkan dapat berupa unggas hias, unggas petelur dan unggas daging (ayam,bebek, dan itik). Ikan yang dapat dipelihara seperti ikan hias, dan ikan untuk produksi daging (lele dan mujair).

Potensi pekarangan amat baik untuk dapat dijadikan sebagai lahan untuk menanam tanaman buah, bumbu, dan tanaman obat. Lahan pekarangan menjadi warung, apotek, lumbung, dan bank. Pengembangan lahan pekarangan untuk konservasi dengan memerhatikan keanekaragaman hayati dapat mendukung agroekology dan pertanian yang berkelanjutan.

Meskipun demikian pemanfaatan lahan pekarangan kurang menjadi perhatian keluarga. Hal ini karena kurangnya pengetahuan dan minimnya pelatihan teknis budidaya tanaman pada lingkungan berskala kecil.

Dalam mengembangkan tanaman pekarangan ada beberapa tahapan yang dapat dilakukan antara lain: pengolahan tanah, penentuan jenis tanaman, proses pemeliharaan tanaman, dan penyiraman secara kontinyu.

Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan mencangkul dan membersihkannya dari tanaman liar. Sedapat mungkin dalam pengolahan tanah menggunakan bahan organik tanpa menggunakan bahan kimia. Selain itu dapat petani dapat pula memanfaatkan media tanam dengan komposisi kompos, tanah dan sekam padi dengan perbandingan 1:1:1.

Ketiga bahan ini kemudian dicampur lalu dimasukan ke dalam pot, polybag, atau limbah plasik (gelas dan botol). Media tanam yang telah disiapkan dibiarkan selama seminggu sebelum ditanami aneka tanaman. Kriteria tanah yang baik adalah memiliki PH yang netral, mendapatkan bahan organik yang cukup dan memiliki ketersediaan hara yang optimal.

Tanaman yang dipilih untuk ditanam di sekitar pekarangan rumah dapat bermanfaat untuk keperluan rumah tangga. Pengembangan tanaman untuk obat dan kesehatan baik untuk kelangsungan hidup keluarga. Tanaman obat khas Indonesia antara lain: sembung, saga, tapak dara, mahkota dewa, brotowali, sambiloto, temu-temuan, mengkudu, mangkokan dan meniran.

Selain itu untuk tanaman yang dimanfaatkan untuk memenuhi keperluan dapur seperti: cabe, tomat, sayuran, bayam, kangkung, mentimun, kacang panjang, umbi-umbian dan terung. Sebagai pelengkap gizi keluarga pekarangan dapat ditumbuhi papaya, pisang, dan jeruk. Demi tujuan estetika dapat ditata aneka tanaman hias yang menarik.

Optimalisasi Lahan Pekarangan

Penentuan tata letak tanaman disesuaikan dengan habitat hidupnya. Pancaran sinar matahari yang cukup akan membantu proses fotosintesis tanaman.  Untuk itu di bagian timur pekarangan dapat ditanami jenis tanaman yang berukuran kecil dan tanaman yang berukuran besar di sebelah barat. Hal ini dilakukan agar tanaman yang berukuran besar tidak menutupi sinar matahari. Tambahan pula populasi tanaman dan jarak antar tanaman akan memengaruhi pemanfaatan air dan unsur hara.

Pemeliharaan tanaman dikerjakan secara teratur dilakukan dengan melakukan penyiangan untuk tujuan kebersihan, keindahan dan mencegah perolehan kompetisi nutrisi tanaman. Sisa tumbuhan liar yang dibersihkan dimanfaatkan sebagai pupuk organik atau pupuk kompos dengan cara dikuburkan ke dalam tanah.

Lahan Pekarangan Kelompok Tani Lodolata Group diolah secara organik menggunakan daun gamal. Foto MG 23/1/2023

Pada tanaman muda dan baru tumbuh penyiraman dilakukan secara berkelanjutan sesuai dengan kondisi lahan pekarangan. Tambahan pula penting untuk menanam beberapa jenis bunga untuk membantu penyerbukan secara organik oleh lebah. Sebab proses perkembangan tanaman tergantung pada sifat alam.

Tingkat kesuburan dan kelembapan tanah dapat terjaga dengan memanfaatkan kompos dan mulsa nabati seperti dari campuran daun, potongan rumput, kulit telur dan bubuk kopi. Posisi tanaman dengan arah angin yang sesuai untuk pertahanan tanaman. Tanaman yang dikelilingi oleh pagar akan terasa lebih aman dari gangguan angin dan hama. Sementara itu untuk sayuran membutuhkan tanaman pendamping jenis sayuran lainnya untuk mencegah serangga, meminimalisir penyakit dan meningkatkan rasa sayuran.

Pembuatan bedengan akan memperpanjang musim tanam secara signifikan. Namun dalam proses pembuatan hindari penggunaan kayu yang dirawat dengan bahan kimia. Jika area perkebunannya terbatas dapat diterapkan teknik berkebun vertikal untuk meningkatkan sirkulasi dan mencegah jamur. Oleh karena itu pengolahan lahan yang optimal akan menciptakan keberlanjutan pemanfaatan lahan pekarangan. (ed.EWB)

Sumber:

Data Laporan Marselina Gaa Staf  YTNF

Solihin, Eso.,dkk.(2018). Pemanfaatan Pekarangan Rumah Untuk Budidaya Sayuran Sebagai Penyedia Gizi Sehat Keluarga. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Ekawati, Rina, dkk. (2021). Optimalisasi Lahan Pekarangan dengan Budidaya Tanaman Sayuran sebagai salah Satu Alternatif dalam Mencapai Strategi Kemandirian Pangan. PRIMA: Journal of Community Empowering and Services. Universitas Negeri Solo

Cybex.pertanian.go.id

 

Menggagas  Gerak Pagi  Kelompok Tani Lodolata Group Desa Detumbewa; Optimaliasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan Read More »

Daya Kelompok Tani Membangun Desa

Ende, Tananua Flores – Kelompok tani merupakan kumpulan dari para petani/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, sumber daya, ekonomi, kesamaan kondisi lingkungan sosial, kesamaan kesadaran dan kesamaan komoditas. Adanya kelompok tani ini bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota petani.

Dalam rangka peningkatan kapasitas petani Yayasan Tananua Flores (YTNF) bersama Utusan Kelompok Tani, Pemerintah Desa, BPD, dan Kaum Muda dari 6 Desa (Rutujeja, Mukureku Sa Ate, Randoria, Wolotolo Tenga, Mautenda Barat dan Mbotulaka) melakukan rapat koordinasi di Desa Mbotulaka Kecamatan Wewaria. Rapat koordinasi sebagai upaya penguatan organisasi petani diselenggarakan pada senin 6 Juni hingga selasa 7 Juni 2022.  Terdapat 6 Kelompok tani dengan jumlah peserta 43 orang; laki-laki : 34 orang; Perempuan: 9 orang.

Rapat koordinasi kelompok tani ini menjadi model evaluasi dan monitoring serta replanning kegiatan dan aktivitas kelompok secara bersama selama 6 bulan, 3 bulan dan 1 tahun di dalam kelompok dan komunitas. Dalam rapat koordinasi kelompok tani dapat melihat kebutuhan-kebutuhannya dan menemukan solusi dari persoalan yang dihadapi.

Rapat kelompok tani ini menghasilkan beberapa rekomendasi antara lain: a). Menemukan dan merumuskan Indikator-indikator kelas Kelompok (Pemula, Madya, Mandiri) secara bersama; b). Kompetisi (Lomba) kelompok tani dalam Desa dan Antar Desa; c). Penguatan Kelompok Tani (Latihan Kepemimpinan dan Administrasi Kelompok); d). Praktik Pembuatan dan Pengaplikasian Pupuk pada TUP dan Horti; e). Rapat Koordinasi 3 bulan akan datang di Desa Mukureku Sa Ate.

Dalam Rapat ini setiap peserta memiliki persiapan yang matang, dalam hal ini tersedianya format laporan dan pendalaman materi berlangsung lancar. Para peserta berpartisipasi aktif dalam rapat ini. Sekdes Mbotulaka menyampaikan rasa terimakasih yang mendalam kepada YTNF yang telah dengan setia mendampingi petani. Sudah banyak pengetahuan dan keterampilan yang diberikan kepada petani, kelompok dan juga masyarakat sekarang tinggal kami sendiri yang harus memulainya, kembali kepada kita petani untuk memulainya, tuturnya.

Senada dengan Sekdes Mbotulaka  Bpk. Petrus Moa mengemukakan bahwa “kemitraan Pemerintah Desa Mbotulaka dengan Yayasan Tananua Flores sejak saya masih menjabat sebagai kepala Desa 6 tahun silam. Peran Tananua Flores yang diwakili oleh Pak Andre hanya sebagai pendamping, motivasi, mendorong, melatih kelompok dan para petani desa Mbotulaka, yang harus kerjakan adalah kita sendiri, praktek, kerja sendiri kita harus mulai, tegasnya.

Daya Kelompok Tani Membangun Desa Read More »

Translate »