Pengelolaan Perikanan Gurita di Maurongga Menjadi Sumber Peningkatan Ekonomi 

Ende, Tananua Flores | Desa Maurongga adalah salah satu desa dampingan Tananua Flores yang sedang  berkembang khususnya dalam bidang perikanan.  Dilihat dari potensi yang ada, desa ini memiliki sumberdaya perikanan dengan keanekaragaman spesies yang tinggi. Salah satu jenis perikanan yang memiliki nilai ekonomi tinggi adalah gurita. Perikanan gurita di desa Persiapan Maurongga saat ini dimanfaatkan oleh nelayan kecil yang tinggal di wilayah desa Maurongga guna memenuhi kebutuhan ekonomi dan protein keluarga mereka masing-masing. 

Melihat kondisi tersebut, sebenarnya Desa persiapan maurongga mempunyai potensi yang luar biasa jika dikelolah dan dimanfaatkan oleh masyarakat  secara baik. Oleh karena itu Yayasan Tananua dan Yayasan Pesisir Lestari dalam programnya mencoba berkolaborasi bersama masyarakat Maurongga membuat sebuah pengelolaan yang berkelanjutan terkait potensi laut yang mereka miliki. 

Inisiasi pengelolaan perikanan gurita berbasis masyarakat di desa persiapan Maurongga sedianya telah dimulai sejak tahun 2019.  Inisiasi tersebut dilakukan oleh Yayasan Pesisir Lestari (YPL) bersama dengan Yayasan Tananua.  Untuk diketahui Yayasan Tananua adalah  salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat yang berada di Flores yang bergerak dalam pemberdayaan masyarakat. 

 Adapun Program yang dilakukan oleh Yayasan Tananua dalam mewujudkan pengelolaan perikanan gurita berbasis masyarakat antara lain; site selection calon lokasi pengelolaan perikanan, penyusunan profil perikanan, pendataan perikanan gurita secara partisipatif, melakukan pertemuan diskusi umpan balik data serta memfasilitasi pelaksanaan penutupan sementara lokasi penangkapan gurita.

Dalam kurun waktu 2019 – 2021 Yayasan Tananua telah melakukan inisiasi pengelolaan perikanan gurita berbasis masyarakat di desa persiapan Maurongga. 

Pengelolaan perikanan gurita berbasis masyarakat di provinsi NTT secara umum sangat penting dilakukan demi menjaga keberlanjutan perikanan gurita sebagai sumber ekonomi masyarakat pesisir dan sumber protein masyarakat. Oleh Karena itu akan dilakukan usaha  perluasan model pengelolaan perikanan gurita berbasis masyarakat ke beberapa desa lainnya. Kegiatan ini diawali dengan survei pemilihan desa dampingan baru di provinsi NTT.

Berdasarkan data yang diperoleh dari staf enumerator Yayasan Tananua terdapat delapan nelayan khusus gurita dari total 16 orang nelayan yang ada di desa Maurongga 

Dalam proses pendampingan dan pemberdayaan sejak tahun 2019, Yayasan Tananua juga mendapat dukungan dari mitranya Yayasan Pantai Lestari. Kedua Yayasan ini bekerja dengan model yang sama yakni Pengelolaan perikanan berbasis Masyarakat dengan menekankan keterlibatan serta partisipasi masyarakat secara utuh. 

Adapun jumlah tangkapan gurita yang terdata sejak tahun 2019- 2021 berjumlah 856 ekor dengan berat total gurita 1.553,76 kg. Dengan rinciang; tahun 2019 sebanyak 709,80 kg (361 ekor), tahun 2020 sebanyak 418,56 kg (221 ekor)  dan tahun 2021  berjumlah 425,31 kg ( 274 ekor). 

Proses penangkapan gurita yang dilakukan oleh Nelayan khususnya di wilayah Maurongga saat ini tergolong sederhana. Nelayan umumnya menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan yakni menggunakan pocong sehingga tidak mengaggu dan bahkan merusak lingkungan di mana gurita berkembang biak. Hasil tangkapan tersebut di jual ke pengepul ataupun dijual langsung ke konsumen sehingga harganyapun realtif murah. 

Berdasarkan data yang diperoleh terkait pendapatan nelayan penangkap gurita di Maurongga jika dikalkulasikan sesuai standar harga yang dijual ke perusahan Agrita yang berlokasi di kabupaten Sikka maka pendapatan mereka tergolong cukup meningkat. Rata-rata pendapatan nelayan  dihitung dari proses penangkapan gurita sejak tahun 2019 total berjumlah Rp.14.196.000, tahun 2020 total pendapatan berjumlah Rp. 6.487.000 dan tahun 2021 pendapatan nelayan berjumlah Rp.10.864.000.  Pendapatan ini dihitung dengan harga kisaran  Rp,20.000/ekor- Rp 50.000/ekor. 

Dari perhitungan ini ada beberapa hal yang menjadi catatan penting bagi Yayasan Tananua dan juga  pemerintah kabupaten Ende. Pertama, masyarakat Maurongga khususnya belum punya pasar khusus tersentral di mana masyarakat dapat memperoleh harga gurita yang lebih baik. Kedua, perlu pendekatan yang lebih intens antara pemeritah dan masyarakat Maurongga sehingga masyarakt benar-benar melihat usaha kelautan mereka ini sebagai peluang perekonomian mereka di masa yang akan datang.

Pembukaan Penutupan Sementara oleh Bupati

Kegiatan Pembukaan Lokasi penutupan sementara di Maurongga merupakan momen yang sangat berharga bagi Nelayan maurongga untuk menyampaikan aspirasi mereka terkait peralatan tangkap gurita yang masih sederhana serta intervensi dari nelayan dari luar wilayah kabupaten yang menangkap  gurita di wilayah mereka. 

Hal itu disampaikan oleh Ismail Usnan Ketua LMMA (Locally Managed Marine Area), Kelompok pengelolaan perikanan berbasis masyarakat di desa persiapan Maurongga kepada Bupati dan Wakil bupati Ende dalam kegiatan pembukaan lokasi tangkap Gurita, pada Rabu 23 Februari 2022. 

Ismail dalam sambutannya menyampaikan kepada Bapak Bupati Ende bahwa “saat ini di wilayah pantai Maurongga  dijumpai banyak  nelayan asing dari luar kabupaten yang menangkap Gurita, umumnya mereka menggunakan alat tangkap yang lebih modern sehingga hasil tangkapanya lebih banyak,  sementara nelayan di Maurongga memperoleh tangkapan gurita dengan jumlah sedikit karena alat tangkap yang sangat sederhana”.

Lebih lanjut Ismail selaku ketua LMMA meminta bantuan sumbangan alat tangkap sehingga masyarakat dan nelayan Maurongga khususnya dapat memperoleh hasil tangkapan yang maksimal. 

 

Ketua LMMA dalam ulasanya juga menjelaskan bahwa dengan kehadiran yayasan Tananua Flores di desa maurongga banyak hal yang sudah dilakukan Yayasan Tananua kepada masyarakat Desa persiapan Maurongga.

“ kami yang sebelumnya masih belum mengenal alat tangkap yang ramah lingkungan sekarang kami sudah bisa mengenalnya, kami sudah bisa membedakan jenis kelamin gurita dan kami mempunyai pemahaman yang baru terkait dengan pengelolaan perikananan gurita dengan tetap melestarikan lingkungan,” jelas ketua LMMA.

Menjawabi, permintaan masyarakat Maurongga, Bupati Ende Djafar Ahmad dan Wakil Bupati Ende Erikos E.Rede menyanggupi permintaan warga masyarakat Maurongga dengan memberikan bantuan peralatan tangkap komplit  berupa Perahu 1 GT sebanyak 3 buah. 

Bupati dalam sambutannya menuturkan bahwa pemerintah kabupaten Ende akan memenuhi permintaan warga masyarakat desa persiapan Maurongga, dan tentu melalui perantara dinas terkait. 

Selain itu dalam acar pembukaan lokasi Tangkapan gurita, Bupati Ende mengatakan bahwa kegiatan  yang dilakukan hari ini merupakan salah satu bentuk komitmen dan tanggung jawab semua komponen masyarakat untuk menjaga spesies gurita agar dapat meningkatkan jumlah produksi yang kemudian  berdampak pada nilai ekonomis bagi para nelayan. 

 “ Hari ini sebagai bentuk tanggung jawab dan komitmen kita bersama  komponen masyarakat  yang terlibat dalam kegiatan ini, kita harus menjaga spesies gurita ini, bahasa daerah Ende disebutnya dengan Kubi, Sehingga Kubi ini jumlah produksinya meningkat  berdampak pada nilai ekonomis bagi para nelayan”, Ungkap Bupati Ende. 

Dalam sela-sela sambutanya, Bupati Djafar juga mengucapkan terimah kasih kepada Yayasan Tananua dan yayasan Pesisir Lestari yang telah membantu pemerintah kabupaten Ende dalam memberdayakan masyarakat di desa-desa. Kedepannya diupayakan untuk terus bermitra dengan pemerintah agar program pemberdayaan masyarakat akan tetap berjalan guna membangun Sumber daya manusia ke arah yang lebih baik. 

Berdasarkan data dari Yayasan Tananua Flores selama pendampingan mereka yang diawali dengan proses survei hingga pendataan gurita, tercatat produksi gurita di desa Maurongga sejak tahun 2019 telah mencapai 1,8 ton lebih. Bernadus Sambut selaku direktur Tananua Flores dalam sambutanya mengatakan bahwa “ Jumlah tangkapan gurita yang terdata ini tergolong tinggi karena para nelayan pencari gurita sangat terbatas, sebagimana terjadi di daerah lain pada umumnya.” 

Tananua melihat peluang ini jika di kelolah secara baik tentu akan berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat. Dan jujur saja dari proses kebijakan pemerintah sampai saat ini terkait dengan spesies jenis gurita ini sama sekali belum di perhatikan pemerintah. 

“ kita bicara ditataran kebijakan perikanan secara umum tetapi khusus untuk Spesies jenis gurita ini sama sekali belum di lakukan”, kata Bernadus.

 Terkait dengan peningkatan Ekonomi kata Bernadus  “ gurita adalah salah satu potensi yang sangat menguntungkan, sebab saat sekarang ini harga gurita perkilo sudah Rp.50.000- 70.000  dan untuk gurita sendiri 1 ekor bisa mencapai 3-5 kg. 

Di akhir sambutanya, Bernadus Sambut selaku direktur Tananua Flores mengucapkan terima kasih kepada pemerintah yang sudah bermitra dan berkolaborasi mendukung program dan kegiatan yang dilakukan Tananua. 

Kegiatan pembukaan  dan penutupan  lokasi tangkapan gurita ini juga dihadiri oleh beberapa peserta dari instansi-instansi terkait di antaranya badan Dinas dan SKPD terkait, pemerintah Kecamatan , Anggota DPRD Ende, Pihak kepolisian, TNI, pemerintah desa perbatasan, kelompok Nelayan dan masyarakat di desa Maurongga.

Oleh: J.Mari

Editor: Haris

 

 

 

Pengelolaan Perikanan Gurita di Maurongga Menjadi Sumber Peningkatan Ekonomi  Read More »

Ibu-ibu di Arubara ikut Latihan Pengelolaan Ekonomi Rumah Tangga

Ende, Tananua | Tananua Flores Fasilitasi Latihan Pengelolaan Ekonomi Rumah tangga bagi Kelompok Perempuan 88 Arubara Kelurahan Tetandara Kecamatan Ende Selatan Kabupaten Ende Provinsi NTT  Pada 29  November 2021

Pengelolaan Ekonomi Rumah Tangga sebagai usaha dan tindakan untuk mengatur keuangan keluarga Pendapatan dan pengeluaran agar cita cita dan kebutuhan keluarga terpenuhi dan tercukupi.

Kegiatan  tersebut  88 bertujuan agar perempuan/ibu rumah tangga mampu memahami dan mengatur arus keuangan keluarga keluarga Pendapatan dan pengeluaran keluarga Nelayan.

“ Kegiatan ini sangat penting dan harus dilakukan bagi keluarga nelayan karena jika kita tidak mengatur uang secara baik dan benar sesuai dengan kebutuhan kita tidak akan mengalami kekurangan “kata Heri Se.

Hery menyebutkan bahwa dalam mengurus Ekonomi Rumah Tangga yang berperan sangat penting ada Istri dan kita adalah Mentri Keuangan Keluarga”, Sebutnya.

Lebih jauh dia menjelaskan Keluarga harus memiliki rencana Arus kas Keluarga yakni catatan sumber-sumber pendapatan keluarga dan mencatat biaya untuk tiap bulan, 6 bulan dan 1 tahun”,  jelasnya.

Setelah pelatihan salah satu peserta kegiatan bernama Fatima Rejab yang akrab di sampa mama Tima Menuturkan “kegiatan ini  sangat penting untuk kami dan yang dibicarakan hari ini saya dan kami semua ini belum perna kami buat dengan catat segala macam, dan terima kasih sudah beri pemahaman bagi kami serta kami coba untuk buat dirumah kami masing masing”,Tutur Tima

Menurut Tima kegiatan ini penting  seharusnya dihadiri juga dengan suami- suami mereka dan kalau ada kelanjutan ke depannya harus dihadiri bersama para suami.

Harapannya Kegiatan ini harus terus dibuat secara berkelanjutan dan dikontrol langsung oleh pendamping Arubara.(Hr)

 

Ibu-ibu di Arubara ikut Latihan Pengelolaan Ekonomi Rumah Tangga Read More »

Petani Desa Randoria Kecamatan Detusoko Kabupaten Ende Lakukan Konservasi Tanah dan Air

Ende, TananuaFlores –  Petani desa Randoria Kecamatan Detusoko Kabupaten Ende lakukan Konservasi Tanah dan Air. Konservasi ini merupakan hal penting dan  berarti bagi petani desa Randoria Kecamatan Detusoko Kabupaten Ende untuk  menjaga  humus Tanah agar tetap terjaga dan menjaga kualitas tanah dan air tetap terlindungi .

Bagi Masyarakat Desa Randoria  untuk menunjang kebutuhan rumah tangga dan keseharian mereka sangat bergantung pada hasil pertanian. Hasil pertanian tersebut diantaranya seperti hasil komoditi, ternak besar maupun ternak kecil dan Lebih dari itu banyak  petani yang mendapat hasil olahan pertaniannya melalui hasil pangan.

Berbicara tentang hasil pangan yang menjadi kebutuhan masyarakat Desa Randoria agar bisa meningkat sangat erat kaitannya dengan  bagaimana Petani melakukan Konservasi Tanah dan Air (KTA). Hal ini menjadi penting karena pola pengolahan lahan dengan sistim teras bangku dan teras guludan merupakan salah satu metode untuk tanah dan Air tetap terjaga kualitasnya.

Perluh di ketahui bahwa Perlakuan petani dalam olahan lahan harus tetap memperhatikan Konservasi Tanah dan Air, sehingga pada saat mamasuki musim tanam tahun berjalan maka, yang menjadi faktor penentu terhadap banyaknya hasil panen tergantung dari petani itu sendiri melakukan olahan yang sesuai dengan kondisi tanah tersebut .

Sebanyak 14 orang Petani yang tergabung dalam kelompok Ingin Maju melakukan kegiatan kerja konservasi Tanah dan air. Kegiatan tersebut di laksankan pada 19/8 Lalu di desa Randoria tepatnnya di salah satu kebun anggota Kelompok.  Konservasi tanah dan air tersebut merupakan yang pertama dilakukan di kelompok Ingin maju dan yang pertama pula di desa itu.

Gerardus Gedu  ketua Kelompok Ingin Maju Mengatakan Kegiatan hari ini meliputi penyiangan dengan luas lahan 0.25 ha, pengaturan kembali bedengan sebanyak 5 bedeng serta melakukan pembenaman rumput yang akan bermanfaat sebagai pupuk dasar.

Menurutnya Ketua Kelompok itu bahwa dengan Melakukan kembali Konservasi Tanah maka dengan sendirinya Petani akan memulai pola pertanian modern yang tetap menjaga kualitas humus tanah dan menjaga air tanah tetap bertahan sebagai penyuburan atas tanaman.

Sementara itu Theresia Ngela Menjelaskan bahwa Cara pembenaman rumput harus dilakukan  sebab setelah rumput hancur dan akan menjadi humus manfaatnya  sangat  baik untuk menjaga agar tanah tetap subur.

Lanjut di katakannya bahwa Pembenaman juga harus dilakukan di kebun masing-masing ataupun di kebun kelompok, baik dilakukan perorangan maupun dilakukan secara berkelompok. Sehingga tanah di kebun masing-masing akan subur dan kualitas tanah terurai dengan baik.

“ cara pembenaman rumput perlu dibuat di Kebun kita baik dilakukan secara kelompok maupun seorangan sebab sangat bermanfaat untuk menjaga agar tanah tetap subur seteleh rumput hancur dan menjadi humus”, katannya. ( Elias)

Petani Desa Randoria Kecamatan Detusoko Kabupaten Ende Lakukan Konservasi Tanah dan Air Read More »

Translate »