Pengelolaan Perikanan Gurita di Maurongga Menjadi Sumber Peningkatan Ekonomi 

Ende, Tananua Flores | Desa Maurongga adalah salah satu desa dampingan Tananua Flores yang sedang  berkembang khususnya dalam bidang perikanan.  Dilihat dari potensi yang ada, desa ini memiliki sumberdaya perikanan dengan keanekaragaman spesies yang tinggi. Salah satu jenis perikanan yang memiliki nilai ekonomi tinggi adalah gurita. Perikanan gurita di desa Persiapan Maurongga saat ini dimanfaatkan oleh nelayan kecil yang tinggal di wilayah desa Maurongga guna memenuhi kebutuhan ekonomi dan protein keluarga mereka masing-masing. 

Melihat kondisi tersebut, sebenarnya Desa persiapan maurongga mempunyai potensi yang luar biasa jika dikelolah dan dimanfaatkan oleh masyarakat  secara baik. Oleh karena itu Yayasan Tananua dan Yayasan Pesisir Lestari dalam programnya mencoba berkolaborasi bersama masyarakat Maurongga membuat sebuah pengelolaan yang berkelanjutan terkait potensi laut yang mereka miliki. 

Inisiasi pengelolaan perikanan gurita berbasis masyarakat di desa persiapan Maurongga sedianya telah dimulai sejak tahun 2019.  Inisiasi tersebut dilakukan oleh Yayasan Pesisir Lestari (YPL) bersama dengan Yayasan Tananua.  Untuk diketahui Yayasan Tananua adalah  salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat yang berada di Flores yang bergerak dalam pemberdayaan masyarakat. 

 Adapun Program yang dilakukan oleh Yayasan Tananua dalam mewujudkan pengelolaan perikanan gurita berbasis masyarakat antara lain; site selection calon lokasi pengelolaan perikanan, penyusunan profil perikanan, pendataan perikanan gurita secara partisipatif, melakukan pertemuan diskusi umpan balik data serta memfasilitasi pelaksanaan penutupan sementara lokasi penangkapan gurita.

Dalam kurun waktu 2019 – 2021 Yayasan Tananua telah melakukan inisiasi pengelolaan perikanan gurita berbasis masyarakat di desa persiapan Maurongga. 

Pengelolaan perikanan gurita berbasis masyarakat di provinsi NTT secara umum sangat penting dilakukan demi menjaga keberlanjutan perikanan gurita sebagai sumber ekonomi masyarakat pesisir dan sumber protein masyarakat. Oleh Karena itu akan dilakukan usaha  perluasan model pengelolaan perikanan gurita berbasis masyarakat ke beberapa desa lainnya. Kegiatan ini diawali dengan survei pemilihan desa dampingan baru di provinsi NTT.

Berdasarkan data yang diperoleh dari staf enumerator Yayasan Tananua terdapat delapan nelayan khusus gurita dari total 16 orang nelayan yang ada di desa Maurongga 

Dalam proses pendampingan dan pemberdayaan sejak tahun 2019, Yayasan Tananua juga mendapat dukungan dari mitranya Yayasan Pantai Lestari. Kedua Yayasan ini bekerja dengan model yang sama yakni Pengelolaan perikanan berbasis Masyarakat dengan menekankan keterlibatan serta partisipasi masyarakat secara utuh. 

Adapun jumlah tangkapan gurita yang terdata sejak tahun 2019- 2021 berjumlah 856 ekor dengan berat total gurita 1.553,76 kg. Dengan rinciang; tahun 2019 sebanyak 709,80 kg (361 ekor), tahun 2020 sebanyak 418,56 kg (221 ekor)  dan tahun 2021  berjumlah 425,31 kg ( 274 ekor). 

Proses penangkapan gurita yang dilakukan oleh Nelayan khususnya di wilayah Maurongga saat ini tergolong sederhana. Nelayan umumnya menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan yakni menggunakan pocong sehingga tidak mengaggu dan bahkan merusak lingkungan di mana gurita berkembang biak. Hasil tangkapan tersebut di jual ke pengepul ataupun dijual langsung ke konsumen sehingga harganyapun realtif murah. 

Berdasarkan data yang diperoleh terkait pendapatan nelayan penangkap gurita di Maurongga jika dikalkulasikan sesuai standar harga yang dijual ke perusahan Agrita yang berlokasi di kabupaten Sikka maka pendapatan mereka tergolong cukup meningkat. Rata-rata pendapatan nelayan  dihitung dari proses penangkapan gurita sejak tahun 2019 total berjumlah Rp.14.196.000, tahun 2020 total pendapatan berjumlah Rp. 6.487.000 dan tahun 2021 pendapatan nelayan berjumlah Rp.10.864.000.  Pendapatan ini dihitung dengan harga kisaran  Rp,20.000/ekor- Rp 50.000/ekor. 

Dari perhitungan ini ada beberapa hal yang menjadi catatan penting bagi Yayasan Tananua dan juga  pemerintah kabupaten Ende. Pertama, masyarakat Maurongga khususnya belum punya pasar khusus tersentral di mana masyarakat dapat memperoleh harga gurita yang lebih baik. Kedua, perlu pendekatan yang lebih intens antara pemeritah dan masyarakat Maurongga sehingga masyarakt benar-benar melihat usaha kelautan mereka ini sebagai peluang perekonomian mereka di masa yang akan datang.

Pembukaan Penutupan Sementara oleh Bupati

Kegiatan Pembukaan Lokasi penutupan sementara di Maurongga merupakan momen yang sangat berharga bagi Nelayan maurongga untuk menyampaikan aspirasi mereka terkait peralatan tangkap gurita yang masih sederhana serta intervensi dari nelayan dari luar wilayah kabupaten yang menangkap  gurita di wilayah mereka. 

Hal itu disampaikan oleh Ismail Usnan Ketua LMMA (Locally Managed Marine Area), Kelompok pengelolaan perikanan berbasis masyarakat di desa persiapan Maurongga kepada Bupati dan Wakil bupati Ende dalam kegiatan pembukaan lokasi tangkap Gurita, pada Rabu 23 Februari 2022. 

Ismail dalam sambutannya menyampaikan kepada Bapak Bupati Ende bahwa “saat ini di wilayah pantai Maurongga  dijumpai banyak  nelayan asing dari luar kabupaten yang menangkap Gurita, umumnya mereka menggunakan alat tangkap yang lebih modern sehingga hasil tangkapanya lebih banyak,  sementara nelayan di Maurongga memperoleh tangkapan gurita dengan jumlah sedikit karena alat tangkap yang sangat sederhana”.

Lebih lanjut Ismail selaku ketua LMMA meminta bantuan sumbangan alat tangkap sehingga masyarakat dan nelayan Maurongga khususnya dapat memperoleh hasil tangkapan yang maksimal. 

 

Ketua LMMA dalam ulasanya juga menjelaskan bahwa dengan kehadiran yayasan Tananua Flores di desa maurongga banyak hal yang sudah dilakukan Yayasan Tananua kepada masyarakat Desa persiapan Maurongga.

“ kami yang sebelumnya masih belum mengenal alat tangkap yang ramah lingkungan sekarang kami sudah bisa mengenalnya, kami sudah bisa membedakan jenis kelamin gurita dan kami mempunyai pemahaman yang baru terkait dengan pengelolaan perikananan gurita dengan tetap melestarikan lingkungan,” jelas ketua LMMA.

Menjawabi, permintaan masyarakat Maurongga, Bupati Ende Djafar Ahmad dan Wakil Bupati Ende Erikos E.Rede menyanggupi permintaan warga masyarakat Maurongga dengan memberikan bantuan peralatan tangkap komplit  berupa Perahu 1 GT sebanyak 3 buah. 

Bupati dalam sambutannya menuturkan bahwa pemerintah kabupaten Ende akan memenuhi permintaan warga masyarakat desa persiapan Maurongga, dan tentu melalui perantara dinas terkait. 

Selain itu dalam acar pembukaan lokasi Tangkapan gurita, Bupati Ende mengatakan bahwa kegiatan  yang dilakukan hari ini merupakan salah satu bentuk komitmen dan tanggung jawab semua komponen masyarakat untuk menjaga spesies gurita agar dapat meningkatkan jumlah produksi yang kemudian  berdampak pada nilai ekonomis bagi para nelayan. 

 “ Hari ini sebagai bentuk tanggung jawab dan komitmen kita bersama  komponen masyarakat  yang terlibat dalam kegiatan ini, kita harus menjaga spesies gurita ini, bahasa daerah Ende disebutnya dengan Kubi, Sehingga Kubi ini jumlah produksinya meningkat  berdampak pada nilai ekonomis bagi para nelayan”, Ungkap Bupati Ende. 

Dalam sela-sela sambutanya, Bupati Djafar juga mengucapkan terimah kasih kepada Yayasan Tananua dan yayasan Pesisir Lestari yang telah membantu pemerintah kabupaten Ende dalam memberdayakan masyarakat di desa-desa. Kedepannya diupayakan untuk terus bermitra dengan pemerintah agar program pemberdayaan masyarakat akan tetap berjalan guna membangun Sumber daya manusia ke arah yang lebih baik. 

Berdasarkan data dari Yayasan Tananua Flores selama pendampingan mereka yang diawali dengan proses survei hingga pendataan gurita, tercatat produksi gurita di desa Maurongga sejak tahun 2019 telah mencapai 1,8 ton lebih. Bernadus Sambut selaku direktur Tananua Flores dalam sambutanya mengatakan bahwa “ Jumlah tangkapan gurita yang terdata ini tergolong tinggi karena para nelayan pencari gurita sangat terbatas, sebagimana terjadi di daerah lain pada umumnya.” 

Tananua melihat peluang ini jika di kelolah secara baik tentu akan berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat. Dan jujur saja dari proses kebijakan pemerintah sampai saat ini terkait dengan spesies jenis gurita ini sama sekali belum di perhatikan pemerintah. 

“ kita bicara ditataran kebijakan perikanan secara umum tetapi khusus untuk Spesies jenis gurita ini sama sekali belum di lakukan”, kata Bernadus.

 Terkait dengan peningkatan Ekonomi kata Bernadus  “ gurita adalah salah satu potensi yang sangat menguntungkan, sebab saat sekarang ini harga gurita perkilo sudah Rp.50.000- 70.000  dan untuk gurita sendiri 1 ekor bisa mencapai 3-5 kg. 

Di akhir sambutanya, Bernadus Sambut selaku direktur Tananua Flores mengucapkan terima kasih kepada pemerintah yang sudah bermitra dan berkolaborasi mendukung program dan kegiatan yang dilakukan Tananua. 

Kegiatan pembukaan  dan penutupan  lokasi tangkapan gurita ini juga dihadiri oleh beberapa peserta dari instansi-instansi terkait di antaranya badan Dinas dan SKPD terkait, pemerintah Kecamatan , Anggota DPRD Ende, Pihak kepolisian, TNI, pemerintah desa perbatasan, kelompok Nelayan dan masyarakat di desa Maurongga.

Oleh: J.Mari

Editor: Haris

 

 

 

Pengelolaan Perikanan Gurita di Maurongga Menjadi Sumber Peningkatan Ekonomi  Read More »

Sebanyak 25 orang Nelayan Gurita Ende dan Nagekeo Ikut pelatihan Keselamatan laut di Maumere

MAUMERE, Tananua Flores | Sebanyak 25 orang nelayan Gurita yang berasal dari kabupaten Nagekeo dan Ende mengikuti pelatihan keselamatan dilaut yang bertempat di pangkalan TNI angkatan Laut Maumere . Dalam melaksanakan Pelatihan tersebut Tananua Flores menggandeng TNI Angkatan Laut Pangkalan Maumere.
Pelatihan itu di gelar selama tiga hari yakni sejak Senin (17/1/2022) hingga Rabu (19/1/2022) di Aula Serbaguna Pangkalan TNI Angkatan Laut Maumere dan praktek lapangan di sekitar perairan dermaga tambat Pangkalan TNI AL Maumere.

25 orang Peserta yang mengikuti pelatihan ini adalah utusan nelayan dampingan Tananua Flores mulai dari kecamatan Nangaroro Kabupaten Nagekeo Sebanyak 5 orang dan Kabupaten Ende sebanyak 20 orang. Dengan rincian Ndori 5 orang, kotodirumali 5 orang, Arubara 5 orang dan maurongga 3 orang dan sisanya adalah staft tananua flores sebanyak 7 orang yang terdiri dari pak direktur, koordinator program, 1 orang keuangan dan 4 staff lapangan.

Bernadus Sambut Direktur Tananua Flores di Pangkalan TNI AL Maumere saat diwawancarai media pada Selasa (18/1/2022) mengatakan Yayasan Tananua Flores hadir di pulau Flores khususnya kabupaten Ende sejak tahun 1989 dengan isu utama program adalah pengelolaan sumber daya alam berbasis masyarakat dengan pendekatan program lingkungan lestari masyarakat sejahtera melalui program pertanian berkelanjutan, kesehatan primer, organisasi petani dan ekonomi kerakyatan untuk daerah hulu dan sejak tahun 2019 untuk masyarakat pesisir dengan isu Pengelolaan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) dengan pintu masuknya adalah pendampingan terhadap nelayan gurita.

Menurutnya bahwa Saat ini Program Pengelolaan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan dengan fokus pendampingan pada 4 site yakni (1) Lingkungan Arubara Kelurahan Tetandara Kecamatan Ende Selatan, (2) Desa Persiapan Maurongga Kecamatan Nangapanda, (3) Ndori untuk desa Maubasa, maubasa Timur, dan Serandori Kecamatan Ndori, di kabupaten Ende dan (4) Nangaroro untuk desa Podenura, Tonggo kecamatan Nangaroro dan Kotodirumali kecamatan Keo Tengah di Kabupaten Nagekeo.

“Kegiatan utama yang dilakukan adalah pendampingan nelayan gurita dan pendataan gurita, feedback data, penutupan sementara area penangkapan gurita sebagai upaya untuk konservasi laut selain itu untuk masyarakat pesisir Tananua Flores juga bekerja di bidang, kesehatan yaitu pendampingan posyandu, pendampingan kelompok ibu”, ungkap Nadus.

Dikatakan Nadus tekanan utama program adalah pemberdayaan masyarakat dengan peningkatan sumber daya manusia khususnya para nelayan. Dan masalah utama yang dialami oleh masyarakat pesisir dan para nelayan pada umumnya terutama nelayan gurita adalah kurangnya perhatian dari Pemerintah dan juga program-program pemberdayaan dalam peningkatan kesejahteraan para nelayan.

Lanjut dia, Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan nelayan dalam pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan terutama dalam menjaga kelestarian ekosistem laut serta keselamatan dirinya saat melaut. Yang terpenting bagi nelayan memiliki perlatan tangkap seadanya untuk menangkap ikan maupun gurita sebagai sumber pendapatan.

“ Terkait dengan kelestarian ekosistem laut kami telah melakukan beberapa pelatihan dan pendampingan dengan melibatkan mitra, dan saat ini sudah mulai muncul kesadaran kritis masyarakat untuk menjaganya. Namun untuk persoalan keselamatan nelayan dilaut dari gelombang atau badai ekstrim, kerusakan perahu ditengah laut, serangan ikan buas dan atau yang lainnya yang berpengaruh atas nyawa mereka, hal ini belum dimiliki masyarakat, nelayan dan menjadi satu kebutuhan penting bagi mereka,” Ujarnya

Dan Lebih jauh tujuan dari pelatihan keselamatan laut adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan nelayan dalam upaya melakukan keselamatan diri dan sesama nelayan dilaut saat musibah tak terduga datang.
Sementara itu Danlanal Maumere, Kolonel Laut (P) Dwi Yoga Pariyadi, M.Tr.Hanla,MM,CTMP, kepada media ini beliau mengapresiasi kepada Yayasan Tananua Flores yang telah berinisiatif untuk menjalin kerja sama dengan menggandeng lanal Maumere dalam kegiatan pelatihan keselamatan laut bagi para nelayan gurita di wilayah dampingannya.

Tentunya kami akan memberikan pelatihan baik teori maupun praktek sesuai dengan pengetahuan yang kami miliki.

“Materi-materi yang kami berikan berupa teori pembekalan pelatihan keselamatan dilaut, Sea Survival, Rescue, pembentukan tim persiapan praktek. Sedangkan materi prakteknya adalah Sea Survival: renang tanpa alpung, cara buat alpung sendiri, Rescue: naik turun Perahu Karet, cara mendekati korban,cara tolong korban, bela diri di air, P3K, Dayung Pk dump boat, Kajul, FMP (Full Mission Profile), Pembuatan rumah ikan/rumpon”, ungkap Dwi Yoga.

Selanjutnya Pius Jodho Koordinator bidang kelautan pada Yayasan Tananua Flores Menyampaikan terimakasih kepada Lanal Maumere yang telah memfasilitasi kegiatan pelatihan keselamatan laut bagi para nelayan gurita dibawah dampingan Yayasan Tananua Flores ini.

Pius juga berharap semoga dengan pelatihan ini dapat memberikan ilmu dan pengetahuan baru ketika mereka mengalami bahaya dilaut, mereka dapat melakukan pertolongan pertama dan untuk mengatasi kecelakaan di laut.
Semoga kerja sama ini kata Pius akan terus berlanjut dengan pihak Lanal Maumere dan juga pemerintah dalam hal memberikan edukasi yang baik kepada para nelayan gurita untuk kelangsungan hidup mereka,”ucap dia. ( Laurens)

Sebanyak 25 orang Nelayan Gurita Ende dan Nagekeo Ikut pelatihan Keselamatan laut di Maumere Read More »

Tananua Flores Selenggarakan Pelatihan Enumerator

Ende, Tananua Flores –  Yayasan Tananua Flores Selenggarakan Pelatihan Enumerator yang akan di jadikan sebagai petugas pendataan Gurita di masing-masing desa. Sebanyak 8 orang yang di rekrut dari desa untuk mengikuti pelatihan di kantor Tananua Ende pada 2-3 September 2021.

Turut terlibat dalam pelatihan tersebut 4 staf Lapangan Pendampingan di desa yang  nantinya menjadi salah satu bagian dalam proses pengawalan dan pendampingan kepada Enumerator pada saat proses pendataan.

Direktur Yayasan Tananua Flores Bernadus Sambut ketika membuka kegiatan pelatihan tersebut menuturkan bahwa Pelatihan ini dilaksanakan agar bapak ibu yang di percayakan sebagai Enumerator  bisa memahami terkait dengan Pendataan dan juga bisa mengetahui aktivitas Nelayan dalam menangkap Gurita.

Selain itu, Bernadus mengatakan 8 orang yang mengikuti pelatihan ini bisa memahami seberapa penting data dan apa tujuan Tananua Flores mendamping Nelayan Gurita.

Menurutnya bahwa  Gurita merupakan salah satu komuditas yang akan di Ekspor ke luar negeri, sebab Gurita adalah salah satu jenis makan yang disukai oleh orang-orang barat.

Sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat Yayasan Tananua Flores sudah Mendampingi banyak desa mulai dari desa yang ada di gunung hingga desa yang ada di pesisir.

Untuk Program Perikanan dan kelautan Tananua mulai mendampingi sejak tahun 2019 dengan mendampingi para nelayan penangkap Gurita. Tananua awali dengan 2 Desa yaitu Keluarahan Tetandara Lingkungan arubara dan Desa Maurongga di kecamatan Nangapanda. Dan Untuk Tahun 2021 Tananua menambah lagi 2 Desa Dampingan yaitu desa Pedonura di kabupaten Nagekeo dan Desa maubasa di kecamatan Ndori kabupaten Ende.

Lebih Jauh Bernadus Menjelaskan bahwa  “Tugas Enumerator kedepannya adalah melakukan pendataan terhadap nelayan yang menangkap gurita dan Pendataan itu dilakukan setiap hari ketika nelayan yang menangkap gurita pulang dari laut” Jelasnya.

Sementara itu Made Dharma dari Pesisir Lestari Menerangkan  bahwa Pendataan terhadap Gurita adalah penting dilakukan oleh enumerator karena data merupakan salah satu dasar dalam proses pengelolaan Lokal kawasaan di wilayah Pesisir.

Dalam pemaparan Materinya dharma menjelaskan Yayasan Pesisir Lestari adalah organisasi konservasi yang bertujuan mendorongkan pengelolaan sumber daya laut berbasis masyarakat pesisir untuk meningkatkan kesejahteraan mereka dan melestarikan ekosistem laut yang berkelanjutan untuk generasi masa depan

Dan Pendekatan yang di bagun adalah Mendampingi Masyarakat,Mendukung Mitra dan Mendukung Jaringan. Semuannya itu menjadi satu pola pendekatan untuk membangun kesadaran masyarakat terkhususnya Nelayan pencari Gurita.

Terkait dengan Pendataan Gurita Dharma Mengungkapkan bahwa Data yang di ambil oleh enumerator nantinya akan di kaji dan dianalisis kemudian akan kembali ke masyarakat agar masyarakat bisa mengetahui potensi yang mereka miliki.

“Data yang di ambil oleh Enumerator nantinnya akan di teruskan ke Tananua dank e YPL untuk di analisisi dan setelah itu akan di kembalikan kemasyarakat untuk diketahui potensi yang mereka miliki”, Ungkapnya

 

Oleh : Jhuan Mari

 

 

Tananua Flores Selenggarakan Pelatihan Enumerator Read More »

Tananua Flores gelar diskusi Data Profil Perikanan dan Pembuatan alat Tangkap yang Ramah Lingkungan

Nagekeo, Tananua Flores. | Yayasan Tananua Flores gelar diskusi profil data perikanan dan pembuatan peta partisipatif di desa Pedonura kabupaten Nagekeo NTT. Gelar diskusi tersebut diselenggarakan di kantor desa Pedonura pada (24/8)

Kegiatan tersebut dilaksanakan selama dua hari yang di mulai dari 24-25 agustus 2021. Peserta yang terlibat dalam kegiatan tersebut terdiri dari aparatus Pemerintah Desa Kotodirumali,  pemerintah desa Pedonura para Nelayan Gurita serta tim dari Tananua Flores Ende.

Berbicara terkait data saat ini adalah penting sebab dalam melakukan proses pembangunan di bidang apapun di mulai dari data. Data menjadi sumber utama bagi siapapun baik itu pemerintah, swasta  untuk memulai proses perencanaan, proses pembangunan semuannya berbasis pada data.

Pius Jodho dari Tananua Flores menuturkan bahwa untuk Program Perikanan dan kelautan ini Tananua sendiri mengawali dengan data, bersama masyarakat Tananua mulai melakukan survey dan pengambilan data awal sebagai dasar untuk melakukan program Pendampingan.

“Kami Tananua Flores dalam program perikanan dan kelautan itu dimulai dengan Pendataan, yaitu dengan pembuatan profil perikanan dan database lainnya yang berhubungan dengan rencana program pendampingan bisa terarah pada tujuan yang ingin di capai” tuturnya.

Lebih jauh Pius Menjelaskan  di program perikanan ini data profil yang dimaksudkan adalah situasi kehidupan para nelayan  khususnya gurita, jenis alat tangkap, lokasi memancing, hasil tangkapan, waktu memancing, logistik memancing, fasilitas perikanan, rantai pasokan, pendapatan, sumber daya ikan, kalender musim, kelembagaan dan tata kelola,

“ Data yang di maksudkan untuk awal kami memulai seperti situasi kehidupan para nelayan  khususnya gurita, jenis alat tangkap, lokasi memancing, hasil tangkapan, waktu memancing, logistik memancing, fasilitas perikanan, rantai pasokan, pendapatan, sumber daya ikan, kalender musim, kelembagaan dan tata kelola” jelas pius

Sementara itu menurut Pius bahwa informasi tentang data profil perikanan harus dimulai dari awal agar ketikan dalam menjalankan program kedepan bisa bermanfaat untuk masyarakat dan nelayan. Selain itu juga bisa memperoleh klarifikasi atau umpan balik dari masyarakat yang berkaitan dengan informasi yang di sampaikan

Yang diharapkan dari kegiatan tersebut adalah dengan tersedianya data awal dan menjadi dokumen, agar dalam menyusun sebuah perencanaan di masa yang akan datang dapat sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Data yang telah disajikan dapat memberikan gambaran yang lengkap dan dapat terpercaya.

Alat tangkap yang ramah lingkungan

Tananua flores juga memfasilitasi Pelatihan pembuatan alat tangkap yang ramah lingkungan. Dalam kegiatan tersebut di ikuti oleh para nelayan pencari gurita.

Pelatihan pembuatan alat tangkap itu adalah bagian dari para nelayan yang mencari gurita saling belajar bersama dalam pembuatan alat tangkap yang ramah lingkungan.

Untuk kali ini yang melatih para nelayan di desa pedonura, desa kotodurimali, desa tongggo adalah para nelayan gurita dari lingkungan arubara kabupaten ende.

Belajar membuat alat tangkap Gurita tersebut di fasilitasi langsung oleh Doyan dari arubara. Dalam Penjelasannya bahwa ada 3 alat tangkap yang perluh digunakan oleh nelayan pencari gurita yaitu alat tangakap kepiting, alat tangkap pocong, dan alat tangkap terong.

Menurutnya bahwa jenis alat tangkap ini yang ramah lingkungan tidak merusak ekosistem yang ada di laut, dan bahan-bahan yang dipakai mudah ditemukan oleh para nelayan dan tersedia di pasaran.

Yang diharapkan dari kegiatan tersebut adalah agar masyarakat nelayan gurita di desa podenura, tonggo, dan kotodirumali bisa membuat alat tangkap gurita yang ramah lingkungan dan tetap menjaga ekosistim laut dengan baik.

Dengan adanya pelatihan pembuatan alat tangkap gurita yang ramah lingkungan bisa mendorong nelayan gurita tetap menjaga ekosistem terumbu krang dengan baik, dan diharapkan nelayan gurita bisa membagikan ilmu yg mereka pelajari dari proses pelatihan pembuatan alat tangkap yang ramah lingkungan kepada sesama nelayan gurita yang belum memahami dan belum bisa membuat alat tersebut

Langkah yang perlu di tindak lanjuti, harus adanya dorongan ,motivasi, bimbingan,pengawasan kepada nelayan gurita, agar mereka bisa memanfaatkan alat tangakap gurita yang ramah lingkungan tersebut tanpa harus merusak ekosistim laut.

Oleh : Nelson

Tananua Flores gelar diskusi Data Profil Perikanan dan Pembuatan alat Tangkap yang Ramah Lingkungan Read More »

Camat Ende Selatan Setuju Penutupan Sementara Lokasi Tangkapan Gurita

Ende, Tananua Flores.-  Camat Ende Selatan Gadir H.I Dean  Sangat Menyetujui dengan Program yang di luncurkan oleh Tananua Flores . Pasalnya Tananua Bekerja dengan masyarakat sudah sangat lama mulai dari Gunung  Mendamping Petani dan sampai saat ini sudah mulai mendamping Nelayan.

Menurutnya bahwa Saat ini nelayan yang melakukan penangkapan gurita harus mendukung penuh terkait dengan Program yang diluncurkan oleh Tananua.  Terkait dengan Program Penutupan sementara camat itu mengharapkan agar spesies gurita bisa meningkatkan jumlah produksi dan penangkapan yang dampaknnya pada nilai ekonomis bagi para nelayan.

Hal tersebut disampaikan oleh Camat Ende selatan  Gadir H.I Dean di saat membuka kegiatan  Sosialisasi Penutupan sementara lokasi Tangkapan Gurita di lingkungan Arubara, kelurahan tetandara  kabupaten Ende,(29/7)

Di katakannya  Gurita  itu siklus pertumbuhannnya tidak jauh beda dengan siklus pertumbuhan tanaman, bahkan kalau di jalankan dengan benar Gurita dapat memberikan dampak keuntungan yang berlimpah bagi para nelayan

“ Kalau mau mendapatkan hasilnya yang baik semestinnya kita memberikan kesempatan kepada gurita untuk bertelur dan berkembang baik”, kata Dean

Dean Camat Ende  Selatan bahwa konsep Buka tutup lokasi tangkapan Gurita merupakan konsep yang bagus yang ingin di praktekan di Ende. Konsep buka tutup ini akan di Dorong terus sampai berhasil dalam melakukan konservasi laut, dan khusus Gurita Nelayan bisa mendapatkan hasil yang baik dengan tingkat Produktivitas yang bisa membawa kesejahteraan secara ekonomi bagi nelayan di arubara.

Camat tersebut mengharapkan bahwa Lokasi yang akan dilakukan Buka Tutup ke depannya akan menjadi Contoh dalam Melakukan Konservasi laut secara berkelanjutan dan dapat menjaga trumbu karang dan Spesies yang ada di laut agar terus terlindungi.

Sementara itu Direktur Yayasan Tananua Flores Bernadus sambut, Yayasan Tananua Flores adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat yang mendampingi petani sejak tahun 1998.

Tananua Flores melakukan pemberdayaan terhadap petani agar dapat dan mampu mengelola kebunnya secara baik, menjaga kesehatan lingkungan, pemberdayaan terhadap ekonomi serta memperkuat kelembagaan petani yang dikemas dalam sebuah issue “ pengelolaan sumber daya alam berbasis masyarakat. Visi programnya adalah masyarakat sejahtera, lingkungan lestari.

Bernadus Menjelaskan Pada tahun 2019 tananua sudah mulai bekerja dengan issue kelautan, karena lingkungan laut yang merupakan sumber mata pencaharian nelayan. Karena disanalah nelayan mencari nafkah. Oleh karena itu tananua juga hadir untuk melakukan pemberdayaan nelayan agar memiliki kesadaran menjaga ekosistem laut, dengan menjaga laut agar tidak membuang sampah plastik, menangkap gurita menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan sehingga tetap menjaga keberlanjutan mencari gurita.

Dari data yang sudah dikumpulkan  Tananua lewat enumerator selama kurang lebih 2 tahun ini ada  8.295,5 kg dari 5640 ekor/ rata-rata berat 1,47 kg/ekor dengan jumlah nelayan perempuan 10 orang (tangkap gurita saat pasang surut) dan nelayan laki-laki sebanyak 38 orang. Padahal kalau 5640 ekor beratnya rata 3 kg maka dapat menghasilkan 16.920 kg  Adapun pendapatan nelayan dari penangkapan gurita pada tahun 2019 total pendapatan nelayan mencapai Rp 75.420.000 dari gurita 1.885.5 kg Penangkpngn tahun 2020 sebesar Rp 68.495.250 dengan harga berkisar 15.000 sampai RP 20.000/kg.

Pada kesempatan yang  sama Direktur  mengajak semua elemen terutama kelompok LMMA untuk bersatu padu, rapatkan barisan serta berkomitmen atas kesepakatan yang telah dibangun yaitu buka tutup pada beberapa lokasi.

“ Saya juga mengajak masyarakat umum di lingkungan arubara, tokoh agama, tokoh masyarakat RT/RW untuk mendukung  secara Penuh untuk kegiatan buka tutup yang dilakukan oleh nelayan gurita sehingga, hasil tangkapannya semakin banyak yang berdampak pada meningkatnya pendapatan nelayan gurita,” Ungkap Bernadus.

Peletakan Pelampung Penutupan Sementara.  

Usai Sosialiasi yang di lakukan Oleh kelompok LMMA Lingkungan Arubara. Seluru unsur yang di undang untuk bersama-sama menuju lokasi pematokan Lokasi penutupan sementara yang sebelumnnya sudah di tentukan oleh Nelayan gurita itu sendiri.

Ada 5 lokasi yang di lakukan penutupan sementara antara lain Maubhanda, Mauwaru,Maugago, ngazudola dan Tengu manu

Lokasi Penutupan yang di tutup oleh nelayan adalah Lokasi Tangkapan Gurita.  Khusus untuk gurita  itu akan di jaga dan di kawal oleh kelompok LMMA sedangkan untuk jenis tangkapan lain di izinkan untuk melakukan penangkapan.

Nelayan gurita arubara juga masih bisa melakukan proses melakukan proses penangkapan gurita bisa di lakukan di lokasi lain, yang belum masuk dalam rekomendasi penutupan lokasi.

Unsur Stakeholder yang terlibat di lokasi penutupan sementara di antaranya Utusan Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi NTT, Bappeda Ende, Syahbandar, Babinsa, Pemeritah kecamatan, pemeritah Kelurahan, dan tokoh masyarakat yang ada di lingkungan arubara.

 

 

Camat Ende Selatan Setuju Penutupan Sementara Lokasi Tangkapan Gurita Read More »

Translate »