Enumerator Gelar Kegiatan Umpan Balik Data Gurita Bersama Masyarakat

Ende, Tananua Flores| Demi menjaga kepercayaan masyarakat pesisir dan keterlibatan masyarakat dalam proses pendataan perikanan, kali ini Pendamping Lapangan Tananua Flores dan juga Enumerator Pendata Lakukan Umpan balik data di desanya masing-masing.

Umpan balik data gurita maupun ikan bertujuan untuk masyarakat desa dampingan bisa mengetahui sejauh mana data yang dikumpulkan dan bagaimana menggunakan data tersebut untuk perencanaan pembangunan.

Kegiatan Umpan balik data merupakan salah satu aktivitas dari pendampingan Tananua di desa. Dalam kegiatan tersebut yang harus ambil bagian adalah, Enumerator, masyarakat, dan pemerintah desa setempat.

Berikut ini kami Sajikan Kegiatan umpan balik data dari desa dampingan Tananua.

Lingkungan Arubara.

Kegiatan umpan balik data Arubara ( dok.Aldo)

Kegiatan dilakukan pada (2/5) bertempat di rumah bapak RT 04, lingkungan Arubara. Kegiatan tersebut dibuka oleh ketua RT 04 Fudin Ali.

Pada kesempatan tersebut fudin Ali juga menyampaikan kepada nelayan bahwa gurita sudah di terima  kembali  dengan harga yang di informasikan dari PT. AGRITA BEST di Paga sebesar Rp. 20.000 per kilogram.

Dengan perusahan menerima kembali gurita, Fudin Ali sebagai ketua RT dan juga selaku Pengepul mengharapkan nelayan pencari gurita tetap menjaga kualitas gurita.

Kata Fudin, “Komoditas Gurita adalah komuditas Ekspor dan agar produk kita tetap diterima di perusahaan maka, kita harus menjaga secara bersama untuk menjaga kualitas gurita sesuai dengan permintaan perusahaan”, ucapnya.

Sementara itu, Maya wahab selaku enumerator  gurita Arubara menyampaikan data gurita  yang didata selama 3 bulan dengan total tangkapan 357 kg  dengan rincian bulan Januari 238,5 kg gurita, bulan februari 27,5 kg gurita dan di bulan maret berjumlah 91 kg gurita.

Menurut Maya bahwa dilihat dari data selama 3 bulan ini tertinggi hanya di bulan januari, yang paling rendah penangkapan terjadi pada bulan februari dan maret.  Alasan mendasar terjadi  karena situasi dan kondisi laut yang tidak bersahabat (cuaca buruk) dan juga dengan belum kembali dibukanya perusahaan sehingga ini menimbulkan semangat nelayan mencari gurita menurun.

Umpan balik data gurita nelayan Arubara, Wilhelmina Benge selaku penyuluh perikanan mengatakan bahwa kelompok nelayan gurita merupakan sebuah kelompok yang aktif di wilayah kelurahan dalam menjaga ekosistem laut secara baik.

Penyulu itu mengharapkan” kegiatan yang baik harus tetap dipertahankan untuk menjaga kelestarian lingkungan laut yang lebih baik, tidak hanya memanfaatkan laut, tetapi merawat dan menjaga untuk keberlanjutan , tidak boleh menggunakan alat tangkap yang merusak lingkungan seperti Bom, potassium, dan yang lainnya”,kata wilhelmina.

Saat ini proses pendataan gurita di arubara  terus dilakukan oleh enumerator dan datanya dapat digunakan untuk proses perencanaan pembangunan daerah pesisir.

Desa maubasa, maubasa timur dan Serandori

Umban balik data Ndori (dok.Agnes)

Kegiatan umpan balik data di desa maubasa,maubasa timur dan serandori dilakukan pada (02/05) bertempat di desa serandori.

Peserta yang terlibat dalam kegiatan ini adalah nelayan yang terdiri dari 3 Desa yaitu Desa Maubasa, Desa Maubasa Timur dan Desa Sera Ndori. Proses dari kegiatan ini enumerator melakukan rekapitulasi kemudian membuat presentasi untuk dibagikan kepada masyarakat nelayan.

Agnes Ngura selaku PL di Ndori Menyampaikan tujuan dari kegiatan Umpan balik data gurita sehingga peserta dapat mengetahui apa yang menjadi tujuan adanya umpan balik data. Selain itu PL menyampaikan beberapa kegiatan terkait dengan sistem tutup buka lokasi tangkap.

Selain itu Enumerator memaparkan data selama 6 bulan, berikut data rekapan untuk data nelayan Maubasa Timur total Produksi gurita (kg) adalah 5.674,3 kg dengan jumlah pendapatan Rp 160.324.500,00. Untuk Desa Maubasa berjumlah 2.234,4 kg dengan jumlah pendapatan sebesar Rp 91.932.500,00. Untuk Desa Maubasa Barat 64,2kg dengan jumlah pendapatan Rp 2.032.000,00 sedangkan untuk Serandori berjumlah 2.553,4 kg dengan jumlah pendapatan Rp94.644.500,00.

Menurut Oyan yang adalah salah satu dari nelayan yang berasal dari desa Maubasa timur menyampaikan bahwa apresiasi disampaikan kepada Tananua dan enumerator yang telah mendata hasil tangkapan nelayan sehingga mereka dapat mengetahui data tangkapan dan pendapatan mereka, baginya selama ini Tananua sudah bekerja sangat maksimal dan sangat bermanfaat bagi mereka. Dengan sistem tutup-buka lokasi tangkapan gurita kami sebagai nelayan merasakan dampak yang sangat baik terutama peningkatan hasil tangkapan dan yang paling penting pada area penangkapan yang kami miliki sudah tidak terganggu dengan nelayan pendatang.

Desa Persiapan Maurongga

Umpan balik data di desa persiapan maurongga( dok.Iren)

Kegiatan dilakukan di rumah Bapak Imbran (salah satu nelayan gurita)  pada hari Jumat 10 Mei 2024. Pukul 08.00 WITA.

Sebelum kegiatan, PL berkoordinasi dengan Enumerator untuk kegiatan umpan balik data, selanjutnya PL dan Enumerator merekapitulasi data gurita selama 6 bulan dan data Ikan selama 3 bulan untuk kegiatan feedback data.

Selanjutnya, PL bersama Enumerator berkoordinasi dengan pemerintah setempat dan Enumerator mengajak Nelayan  bersama – sama menghadiri kegiatan  feadback data waktu yang sudah ditentukan.

Kegiatan dibuka oleh Bapak Muhammad Nuhu selaku sekdes dan dilanjutkan PL untuk memberi gambaran mengenai kegiatan ini dan memberi kesempatan kepada Enumerator untuk melaporkan kembali data hasil tangkapan gurita selama 6 bulan ( November 2023-April 2024) menggunakan kertas Pleno.

Data yang dijelaskan Enumerator berupa  jumlah tangkapan dari masing-masing nelayan serta total secara keseluruhan dari hasil tangkapan nelayan dalam kelompok dan jumlah nelayan yang melakukan penangkapan.

Dari Data tersebut yang disampaikan oleh Enumerator selama 6 bulan sebagai berikut:

  1. Bulan November 2023 : berat gurita 153,7 kg, 105 ekor dan pendapatan nelayan Rp6.155.000.
  2. Bulan Desember 2023 : berat gurita 47.9 kg, 34 ekor dan pendapatan nelayan Rp1.680.000.
  3. Bulan Januari 2024 : berat gurita 60,4 kg, 41 ekor dan pendapatan nelayan Rp2.100.000.
  4. Bulan Februari 2024 : berat gurita 35,1 kg, 29 ekor dan pendapatan nelayan Rp1.230.000.
  5. Bulan Maret 2024 : berat gurita 26,4 kg, 20 ekor dan pendapatan nelayan Rp920.000.
  6. Bulan April 2024 : berat gurita 44,8 kg, 30 ekor dan pendapatan nelayan Rp1.570.000.

Dari data yang ada, Imran mengakui hasil tangkapannya menurun karena kawasan pencariannya tercemar oleh material galian dari proyek jalan negara. Sekdes desa persiapan maurongga mengapresiasi kegiatan ini karena dapat membantu pemerintah desa untuk mengetahui potensi Perikanan. Nelayan atas nama Adi Baba, mengaku senang karena yang didata tidak hanya gurita tetapi juga ikan sehingga dia dapat mengetahui jumlah dan jenis ikan yang sudah ditangkap selama ini

Desa Podenura dan Kotodirumali.  

Kegiatan umpan balik data di kodim ( Dok. Nelson )

Kegiatan umpan balik data ke dua desa tersebut dilakukan pada selasa 14 Mei 2024. Tempat dilakukan kegiatan umpan balik data di Ndetumali desa kotodirumali.

Peserta yang terlibat dalam kegiatan umpan balik data tersebut terdiri dari nelayan dari desa podenura dan nelayan dari kotodirumali. Turut ambil bagian dalam kegiatan itu utusan pemerintah desa dikedua desa.

Kegiatan difasilitasi oleh Enumerator dan Pendamping lapangan Tananua flores yang bertugas di wilayah itu.

Dari laporan Enumerator pendata gurita jumlah tangkapan selama 4 bulan berjumlah 666 ekor 814 kg, dan total pendapatan nelayan sebesar Rp. 17.805.000

Dari data menunjukan jumlah produksi gurita tinggi, sementara faktor lainyang menjadi kendala adalah harga gurita yang menurun dan cuaca ekstrim. Selain itu juga beberapa bulan terakhir perusahan belum menerima pembelian gurita.

Kesimpulan akhir dari kegiatan tersebut para nelayan mengharapkan ada intervensi pemerintah baik kabupaten maupun Desa untuk menangani persoalan yang dihadapi para nelayan. Data telah menujukan ada potensi yang cukup tinggi dari komuditas gurita namun sampai saat ini belum ada keseriusan dari pemerintah daerah dalam menangani dan mengelola potensi itu.

Tim Tananua Flores

 

 

Enumerator Gelar Kegiatan Umpan Balik Data Gurita Bersama Masyarakat Read More »

MISEREOR German Sapa Tananua Flores di Ende

Ende, Tananua Flores | Dalam rangka memperkuat program penghidupan berkelanjutan bersama Yayasan Tananua Flores di kabupaten Ende, MISEREOR salah satu Lembaga Katolik di Jerman kembali menyapa Yayasan Tananua Flores. Misereor menyapa Tananua Via Daring dengan Translator ibu Triarani S Utamy pada 6 Mei 2024. 

Kegiatan diskusi Via daring itu dimulai pukul 14.00-15.30 wita dengan peserta yang hadir yakni mewakili Tim MISEREOR  ibu Christine Kogel dan Ibu Pupu Purwaningsih, dari Yayasan Tananua Flores terdiri atas  unsur Pengurus Hironimus Pala, Halimah Tus’adya, Elias Mbani dan Manajemen Bernadus Sambut, Heribertus Se, serta Ibu Emilia Kumanireng.

Perlu diketahui bahwa misi MISEREOR adalah membangun sumber daya manusia agar bisa mendapatkan keadilan dan kesetaraan. Hubungan kemitraan antara MISEREOR Jerman dan Yayasan Tananua Flores dimulai sejak tahun 1994 dengan program kesehatan (kurang lebih 20 tahun). Berbagai isu yang  telah dikerjakan  secara bersama terlebih Khususnya Isu Pangan, Lingkungan dan Kemiskinan Pedesaan daerah Hulu yang berlokasi di Kabupaten Ende.

Pertemuan Koordinasi dan konsolidasi Kemitraan ini diinisiasi oleh MISEREOR sejak tanggal 4 April 2024 pasca kegiatan Evaluasi Eksternal pada tanggal 7 -24 Januari 2024 dengan agenda Refleksi Hasil Evaluasi, Rekomendasi dan Perencanaan Prioritas-Prioritas yang harus dikerjakan pada sisa Program Livelihood 8 bulan dan Untuk dimasukan  dalam rencana program baru kedepannya dengan durasi 2 tahun.  Serta menjelang proyek yang sedang berlangsung akan berakhir tanggal 31 Oktober 2024.

Christine Kogel Project Dask Officer untuk Wilayah ASIA mengatakan hasil laporan dengan Kriteria OECD DAC dalam proses evaluasi yang digunakan dari Sisi relevansi isu-isu Lingkungan, Gender, social inclusion, dan perencanaan desa dan lain lain dalam program yang dikembangkan Tananua masih sangat relevan dan membutuhkan dukungan lebih lanjut.

Lanjut dia bahwa” hasil dan dampak kerja-kerja program yang dilakukan oleh Tananua sangat kelihatan pada Bidang Program Kesehatan primer dan pertanian berkelanjutan dan ini sangat baik.”katanya  

Menurut Christine, Yayasan Tananua Flores sudah sangat serius dan sungguh -sungguh dalam menyelesaikan masalah dibidang kesehatan dan pertanian berkelanjutan bersama komunitas, sedangkan bidang organisasi petani dan Ekonomi hampir sama dengan program kerja sama sebelumnya dan situasinya sama dengan mitra MISEREOR lainnya. 

Dia mengungkapkan dengan situasi sosial lalu kesibukan masyarakat yang belum tercapai maka masih banyak membutuhkan strategi-strategi secara berkelanjutan untuk menangani problem ini dan Tananua sudah kerja banyak membantu masyarakat.

“Kita perlu banyak strategi-strategi secara berkelanjutan untuk menangani problem yang dialami masyarakat dengan melihat situasi sosial dan kesibukan di tengah masyarakat desa” ungkapnya.  

Sementara itu Hironimus Pala, Ketua dewan pengurus Yayasan Tananua Flores  dalam kesempatan itu memberi Apresiasi kepada MISEREOR yang telah memberi 2 kali kesempatan Tananua Flores melakukan Evaluasi Eksternal pada tahun 2014 dan tahun 2024. 

Hironimus mengungkapkan Proses evaluasi kali ini sangat partisipasi dan terbuka mulai dari persiapan yang sangat baik, pada pelaksanaan dan Yayasan Tananua Flores secara internal diberi kesempatan untuk melihat kemampuan dan kelemahan organisasi. Tim evaluator juga melakukan kunjungan dan wawancara dengan mitra kerja Tananua Flores di beberapa lembaga antara lain Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Ende, Camat dan kepala desa pada wilayah terpilih untuk evaluasi, Perguruan Tinggi, Lembaga Agama dan NGO lainnya, dan kunjungan lapangan untuk melihat langsung kerja lapangan di desa desa dampingan.

Ketua Badan Pengurus itu juga menuturkan dari hasil evaluasi diketahui “Yayasan Tananua Flores diakui kerja-kerja baik bersama masyarakat baik oleh pemerintah, lembaga Agama, Perguruan Tinggi maupun masyarakat desa dampingan sehingga ada desa yang menginginkan agar didampingi dalam waktu yang panjang.”tutur Hironimus sapaan akrab nya.

Hasil Evaluasi Kerja harus Lanjut

Dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh misereor terhadap kerja program dampingan  Yayasan Tananua flores di masyarakat menunjukan nilai positif. Hal ini dilihat dari beberapa pernyataan dari Tim Misereor bahwa kerja Tananua harus terus didukung. 

Tananua Flores sendiri melihat bahwa dari proses Evaluasi yang sudah dilakukan dapat dilihat beberapa capain dan yang belum dicapai, hal ini perlu sebuah strategi kedepannya yang lebih baik dalam menjalankan program pendampingan kepada masyarakat. 

 “Hasil evaluasi kali ini sangat membantu Yayasan Tananua Flores untuk melihat apa yang sudah dicapai dan apa yang belum dicapai serta apa yang harus dilakukan selanjutnya”,Kata Bernardus Sambut direktur Tananua Flores. 

Lanjut Bernadus ”Kedepannya banyak perbaikan yang harus kami kerjakan dalam sisa waktu program ini  terutama pada tahapan-tahapan untuk memulai mendampingi sampai mengakhiri pendampingan, dan Sistem pemantauan, perencanaan, analisis dan pendokumentasian program yang dikerjakan akan dilakukan secara sistematis, untuk sekarang sedang kami diskusikan dan dikerjakan, tegasnya.

Selain itu, Pupu Purwaningsih konsultan MISEREOR untuk Indonesia mengatakan dalam persiapan rencana kerja baru Tananua Flores harus mengkolaborasikan data, hasil evaluasi dan pengalaman-pengalaman pembelajaran Jaringan seperti sharing Pembelajaran (IJL, Apex dan lainnya) dalam rencana 6 bulan sisa program dan program baru.

 Ada beberapa pertanyaan dan rekomendasi yang harus diselaraskan dan dikonsolidasikan lagi untuk program yang akan datang dan masa konsolidasi program, sembari memberi kepastian waktu untuk bertemu di Ende bersama Tananua Flores pada Bulan Mei 2024. Tandasnya.

Sambung ibu Christine, apa yang mau Tananua Flores buat ke depan supaya kerja-kerja yang sudah dilakukan lebih baik lagi? Satu hal penting yang perlu dilakukan oleh Yayasan Tananua Flores adalah peningkatan “Perencanaan, monitoring dan evaluasi serta dokumentasi yang lebih baik”.

Diakhir pertemuan Daring Tim MISEREOR memberikan ekspektasi dengan mengatakan kerja sama antara Yayasan Tananua dan MISEREOR bisa berlanjut dengan selalu berkomunikasi dan koordinasi yang tidak putus untuk berjuang dan bekerja dalam membantu masyarakat yang membutuhkan. Terima kasih salam untuk semua Tim Tananua Flores dari kami MISEREOR. Dan sebaliknya Tim Tananua Flores juga menyampaikan terimakasih dan salam dari Tananua Flores untuk semua crew Misereor.

**Hery S** 

MISEREOR German Sapa Tananua Flores di Ende Read More »

Pemerintah Desa dan Nelayan Kotodirumali Lakukan Penutupan permanen Lokasi Tangkap Gurita

Nagekeo, Tananua Flores | Menjaga Produksi Perikanan agar terus berlanjut Nelayan dan masyarakat Desa kotodirumali melakukan penutupan permanen ke 2 di 3  lokasi tangkap gurita. Kegiatan awal implementasi penutupan permanen tersebut bertempat di kantor Desa kotodirumali dan dilanjutkan dengan seremonial adat di lokasi Ngadutangi pada(19 /01/2023) 

Menurut kepala desa Kotodirumali Maternus Mau kegiatan implementasi dan seremonial untuk melakukan penutupan permanen Lokasi tangkap sebenarnya sudah direncanakan sejak November 2023 namun, karena kondisi dan Cuaca laut yang sama sekali belum bersahabat ditambah lagi dengan beberapa kesibukan dari masyarakat dan Pemerintah desa maka sampai saat ini baru bisa dilaksanakan. 

Kepala desa tersebut menuturkan kegiatan yang didorong oleh Tananua adalah sangat penting karena berkaitan dengan menjaga Ruang laut untuk sebuah keberlanjutan dan butuh keterlibatan masyarakat serta komitmen dari Nelayan itu sendiri. 

“ Agar nelayan senyum dan tangkap di lokasi yang dekat maka Nelayan juga harus mulai melakukan penjagaan dan pengelola dengan baik”,Turur kades 

lanjutnya “ Jangan kita sebagai pelaku utama menghabiskan dengan pola penangkapan yang tidak ramah lingkungan”, Tuturnya

Kepala desa kotodirumali berharap, Perlu  ada kerja sama antara kelompok nelayan, masyarakat dan pemerintah desa setempat dengan tujuan Lokasi yang ditutup bisa menjadi lumbung bagi Nelayan itu sendiri.  

“ Saya berharap antara kami pemerintah desa, kelompok dan tokoh masyarakat perlu ada kerjasama, jaga lumbung ikan kita,” harap kades itu. 

Maternus Mau juga apresiasi kepada Tananua dan Blue Ventures karena sudah 3 tahun lebih masih setia mendamping warga masyarakat nelayan di desa.

Sementara itu, Staf Tananua Flores  Yulius Fanus Mari dalam sambutannya mengatakan bahwa ada 4 hal yang perlu dikerjakan bersama antara lain 

Pertama, Kegiatan penutupan permanen lokasi tangkap dan atau penutupan sementara perlu dibuat dalam peraturan desa atau permakades. Sehingga dampak dari mengatur sebuah kebijakan itu bisa berdampak pada peningkatan perekonomian masyarakat itu sendiri. 

Kedua, kelompok Pengelola dan pengawasan di desa harus betul menjaga perannya sehingga dalam proses pengawasan di lokasi Tangkap bisa secara maksimal.

Ketiga, Kelompok Nelayan harus mempunyai Tabungan untuk kebutuhan kedaruratan nelayan dalam melaut maupun dalam hal peningkatan ekonomi nelayan. Kalau di Laut Nelayan sudah berpikir berkaitan dengan lumbung sebaliknya dalam hal pendapatan perlu diatur guna mendapatkan Nilai tambah.

Ke empat, Terkait dengan pendataan gurita saat ini juga masih difokuskan dengan sistem pendataan menggunakan Lending Monitoring. Pendataan menjadi penting dalam mendorong sebuah perencanaan yang baik. Desa harus memiliki data perikanan sehingga kedepannya dalam mendorong sebuah kebijakan diambil berdasarkan Data.

Selain itu Staf Tananua juga menyampaikan apresiasi kepada nelayan di desa kotodirumali dan podenura yang sampai saat ini telah bersama-sama berjuang membangun model pengelolaan perikanan berbasis masyarakat di desa kotodirumali.

“Saya ucapkan Apresiasi dan terima kasih kepada Nelayan Kotodirumali beserta LMMA yang telah Melaksanakan kegiatan Penutupan permanen lokasi tangkap, Ini merupakan yang kedua setelah dilakukan pertama kali oleh masyarakat Ndori,” Ucap jhuan akrabnya

Dia berharap kedepannya Masyarakat Kotodirumali bisa melakukan Proses pengawasan dan harus masuk di dalam peraturan desa agar bisa dikelola dan dijaga secara kearifan lokal.

Ada 3 lokasi yang ditutup secara permanen dan dikukuhkan secara adat oleh tokoh ada di desa kotodirumali. 3 lokasi itu antara lain watudako,ngadutangi,dan busa.

Kegiatan itu diawali dengan Seremonial adat di lokasi penutupan permanen oleh tokoh adat di desa kotodirumali. Turut terlibat dalam kegiatan tersebut Pemerintah Desa, Anggota BPD, Tokoh Agama, Kelompok LMMA dan kelompok nelayan Kodim Octopus. 

Oleh : Tim Tananua

 

Pemerintah Desa dan Nelayan Kotodirumali Lakukan Penutupan permanen Lokasi Tangkap Gurita Read More »

Gerakan Hari Bersih dengan Basmi Sampah di Pesisir Pantai Ndori

Ende, Tananua Flores | Usai Sosialiasai Peraturan bersama 5 kepala desa di kecamatan Ndori, Masyarakat ndori lakukan kegiatan hari bersih dengan membersihkan wilayah pesisir laut dan lingkungan sekitar ndori

Gerakan hari bersih ini dilakukan atas inisiatif masyarakat sebagai tindak lanjut dari rencana  masyarakat pesisir pada saat dilakukan sosialisasi peraturan bersama Kepala Desa di kecamatan Ndori tentang kerjasama pemanfaatan wilayah pesisir dan laut berbasis masyarakat.

Ikut terlibat dalam kegiatan hari bersih ini adalah tokoh agama, tokoh pemuda, Pemerintah desa dan seluruh Nelayan di wilayah pesisir ndori pada (10/11)

Berkaitan dengan Peraturan bersama kepala desa  yang tertuang dalam pasal (8)  yaitu dilarang membuang sampah di laut. Dan menyadari hal tersebut masyarakat bersama pemerintah setempat membuat rencana kerja untuk membersihkan sampah di area pantai ipi dusun 2 ipi desa Serandori yang akan dilakukan pada setiap hari jumat.

“kita harus mendukung penuh dengan kegiatan ini, sebeb beberapa kegiatan yang didampingi Tananua telah membawa perubahan bagi nelayan kita”, Kata sulaiman Ahmad.

Tokoh agama dusun 2 ipi bapak Sulaiman Ahmad yang selama ini sangat berperan penting dalam melakukan kegiatan buka-tutup rumah gurita maupun kegiatan -kegiatan kelompok nelayan mengatakan bahwa dirinya mendukung penuh kegiatan yang selama ini Tananua dampingi di wilayah Ndori.

Selain itu, Sulaiman juga  menyampaikan yang menjadi kendala saat ini adalah sebagian masyarakat yang belum memiliki Jamban di rumah masing-masing.

Sebagai tokoh yang ada di masyarakat Sulaiman mengungkapkan bahwa sumbangsih program yang dilakukan Tananua selama ini sangat bermanfaat bagi masyarakat yang ada di Ndori khususnya di Dusun 2 Ipi.

Jika kegiatan ini akan terus dilakukan kebersihan rutin setiap hari jumad maka Lingkungan pastinya kedepan akan jauh lebih baik.

Kebersihan lingkungan merupakan tanggung jawab bersama jadi perluh ada keterlibatan dalam melakukan kerja bersih memilih sampah agar bisa diamankan pada tempatnya. Lingkungan yang kotor akan secara perlahan menggangu Kesehatan keluarga, dan lingkungan pun tidak sehat.

Sementara itu pada saat yang sama, pemerintah desa dalam hal ini kepala dusun 2 ipi (ibu Mira) menghimbau masyarakat untuk agar tidak boleh membuang sampah apapun di pantai termasuk membuang hajat. Kepala dusun itu menegaskan bahwa kegiatan ini tidak hanya dilakukan 1 hari namun kedepannya akan dilakukan pada setiap hari jumad.

Said Ketua kelompok nelayan”  kegiatan jumad bersih dulu pernah kami lakukan dan akhir-akhir ini jarang,  kami belum menyadari bahwa jangan membuang sampah di pantai, kami belum tau apa dampak ketika membuang sampah di laut. Berkat dampingan dari Tananua saat ini kami dan masyarakat sudah tau, jadi harapannya kedepannya tidak ada lagi yang membuang sampah di sekitar pantai ini.

 

Ditulis oleh : Agnes Ngura, PL di Wilayah kecamatan Ndori

Gerakan Hari Bersih dengan Basmi Sampah di Pesisir Pantai Ndori Read More »

Tananua Flores Gelar Festival Pangan Lokal “Tedo Tembu Wesa Wela, Gaga Bo.O Kewi Ae”

Detuwulu, Tananua Flores.|Dalam rangka memperingati hari raya pangan sedunia Yayasan Tananua Flores bersama dengan masyarakat desa dampingan pada program livelihood Menggelar festival pangan Lokal yang berlangsung selama dua hari.

Kegiatan Festival itu  dilaksanakan di Detuwulu, Kecamatan Maurole Pada Tanggal 15 – 16 Oktober 2023.

Tananua dan Desa dampingan Gelar Festival Pangan Lokal ini merupakan bagian dari upaya peningkatan kesadaran dan apresiasi terhadap keberkelanjutan makanan lokal serta manfaat dari pangan lokal untuk Kesehatan Manusia.

Festival pangan lokal ini mengusung tema Tedo Tembu Wesa Wela, Gaga Bo.o Kewi Ae.  Selain itu ada beberapa acara dalam memeriahkan Festival antara lain seperti Talk Show, seminar pangan lokal dan PCH, dan lomba masak makanan pangan lokal yang diikuti oleh warga desa setempat. Dengan tujuan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya melestarikan kembali keragaman pangan lokal agar tidak punah digilas modernisasi secara global.

Kegiatan Festival tersebut juga diawali dengan misa bersama yang dipimpin oleh Pater Charles Beraf, SVD.

Pater Charles, dalam khotbah mengatakan bahwa dalam hal kegiatan seperti ini Dirinya terinspirasi dari bacaan injil Perjamuan kawin di Kana.

Katanya, apakah umat sekalian mampu menyediakan anggur terbaik hingga akhir pesta?, Maksudnya ialah bahwa segala yang terbaik dari usaha masyarakat terutama berkaitan dengan ketersediaan pangan lokal tetap tersedia hingga kapanpun, sampai menjadi masyarakat yang tidak memiliki kekurangan sedikitpun terutama berhubungan dengan ketersediaan pangan.

Usai misa bersama dilanjutkan dengan Kegiatan Talk Show untuk mendiskusikan berbagai persoalan masyarakat desa dalam mengembang dan pempertahankan pangan lokal. Acara Talk Show itu dipandu oleh Heribertus Se Manajer Program Yayasan Tananua Flores.

Hery Se, mengawali acara tersebut mengungkapkan bahwa Talk show ini adalah salah satu highlight dari festival  dengan menghadirkan narasumber-narasumber kompeten mewakili berbagai pihak (Tiga Batu Tungku) seperti agama, pemerintah dan tokoh adat.

Manager itu menjelaskan, Talk show ini menjadi platform bagi toko-toko atau narasumber lokal untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman seputar keberadaan pangan lokal di tengah masyarakat  kondisi pangan lokal yang kian menghilang kemudian harus dibudidayakan serta didorong untu dilestarikan kembali.

Menyambung dari Penjelasan Manager Program kemudian dipertegas kembali oleh pater Charles Beraf dalam sesi Talkshow dengan mengatakan bahwa “pangan lokal itu waka (gengsi) kita”.

Menurutnya ketika masyarakat merawat, menjaga dan menggunakan pangan lokal sebagai sesuatu yang menjadi identitasnya, secara tidak langsung masyarakat juga sedang  menunjukan dan menjaga wakanya sendiri.

Pater carles yang juga Pembina Tananua itu menegaskan” kita  menggunakan bahan olahan dari luar merupakan salah satu tindakan merusak harga diri kita sendiri, kita menjunjung tinggi nilai dan kebesaran yang bukan bagian dari kita, kita hanya akan merasa berharga ketika kita menggunakan apa yang kita miliki bukan meminjam apa yang orang lain miliki dan mengklaim sebagai milik kita”, tegasnya

Selain itu Toko adat(mosalaki) Detuwulu Petrus Bata,  menjelaskan bahwa dirinya lebih melihat pangan lokal sebagai sumber utama pemberian persembahan kepada leluhur dan Tanawatu. Dalam Refleksinya bahwa saat ini pengembangan pangan lokal sudah mulai pergeseran dengan tanaman komoditi ditengah arus masifnya kebutuhan industri. Sehingga dampaknya adalah ana kalo fai walu (masyarakatnya) kian jauh dari pangan lokal.

Pertama,  mereka tidak memiliki lahan cukup luas dan banyak untuk membudayakan pangan lokal karena lahan-lahan yang sudah ada telah ditanami dengan tanaman umur panjang (komoditi).

Kedua, ada beberapa jenis pangan lokal yang tidak cocok untuk ditanami di wilayah Detuwulu. Ketiga banyaknya anak-anak yang sudah sekolah lebih memilih kerja kantoran ketimbang harus terjun ke kebun dan mengolah hasil kebun di kampung sendiri.

Dengan Alasan-alasan tersebut sebagai Tokoh adat merasa dilematis antara membiarkan ana kalo fai walu berjalan sesuai dengan apa yang mereka kehendaki dan itu berarti melenyapkan nila-nilai budaya yang asli seperti are wati manu eko dari hasil usaha dan keringat sendiri atau memaksa ana kali fai walu kembali membudidayakan keragaman pangan lokal sebagai kekayaan dari masyarakat adat dalam melestarikan nilai luhur budayanya.

Disisi yang lain kata Mosalaki itu saat ini mereka tidak memiliki lahan yang cukup untuk maksud tersebut, tetapi sebagai mosalaki kemudian merasa ditantang dan memutuskan satu kebun pribadi yang telah ditanam dengan tanaman komoditi akan digantikan dengan menanam dan membudidayakan pangan lokal yang sesuai dengan jenis tanah dan tuntutan seremonial adat.

Tokoh adat juga menyinggung terkait dengan peran dari pemerintah tentang pentingnya kebijakan dan langkah-langkah dalam mendukung ketahanan pangan lokal. Pemerintah di tuntun untuk sesekali memberikan kebiasaan, pengalaman dan pengetahuan mereka tentang pangan lokal.  Pemerintah juga harus mempunyai kebijakan khusus terkait dengan pangan lokal. Tutupnya.

Oleh : Mikel, Staf Tananua.

Tananua Flores Gelar Festival Pangan Lokal “Tedo Tembu Wesa Wela, Gaga Bo.O Kewi Ae” Read More »

Translate »