Pelatihan Peningkatan Kapasitas Kader Kesehatan di Desa Maubasa, Moment Belajar Menuju Masyarakat yang Sehat dan Cerdas

Ende-Maubasa, Tananua Flores| Yayasan Tananua Flores (YTNF) sukses menyelenggarakan kegiatan Pelatihan Peningkatan Kapasitas Kader untuk pengolahan air bersih layak minum serta penyuluhan gizi dan sanitasi. Pelatihan Kader ini berlangsung pada hari Kamis, 29 September 2022 di Aula Kantor Desa Maubasa. Kegiatan ini dihadiri oleh peserta yang berjumlah 30 orang yang terdiri dari 23 orang peserta perempuan dan 7 orang peserta laki-laki.

Peserta Pelatihan Peningkatan  Kapasitas Kader Kesehatan bersama Agnes Ngura (baris depan berbaju merah), Pendamping Lapangan Yayasan Tananua Flores Desa Maubasa. Foto: AN 29/09/2022

Kegiatan ini terselenggara berkat kerja sama YTNF, Pemerintah Desa Maubasa dan Puskesmas Maubasa. Kader Kesehatan yang terlibat berasal dari Desa Maubasa, Desa Maubasa Timur dan Desa Maubasa Barat. Selain itu pihak Puskesmas Maubasa melibatkan tenaga gizi dan tenaga kesehatan masyarakat untuk melatih para kader tentang perilaku hidup sehat.

Kepala Puskesmas Maubasa, Amir H. Wora memberikan sambutan sekaligus membuka kegiatan pelatihan ini. Dalam sambutannya beliau mengungkapkan bahwa kegiatan pelatihan ini menjadi kesempatan yang baik bagi kader kesehatan yang lama untuk menyegarkan kembali pengetahuan yang pernah diperoleh, dan bagi kader yang baru, kegiatan ini adalah waktu yang tepat untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan serta keterampilan di bidang kesehatan.

Kepala Puskesmas Maubasa Amir H. Wora memberikan penjelasan tentang kesehatan kepada para Kader Kesehatan Desa. Foto: HS 29/09/2022

Senada dengan Kepala Puskesmas Maubasa, Azhar Banda Kepala Desa Maubasa mengungkapkan tentang pentingnya pelatihan para kader untuk menambah pengetahuan tentang kesehatan. Acara ini adalah moment penting untuk mendukung kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat di Desa. Desa mendukung pengembangan kesehatan masyarakat dengan menyalurkan dana desa sebesar 10 juta rupiah.

Tambahan pula pelatihan Kader merupakan proses pemberdayaan dan peningkatan pengetahuan dan kemampuan Kader dalam membangun Desa khususnya di bidang kesehatan, tutur Heribertus Se, Manager Program YTNF. Kader kesehatan yang ada di Desa memiliki peran penting dalam menjaga generasi yang sehat dan cerdas.

Pelatihan kader ini berangkat dari kurangnya pengetahuan kader tentang kesehatan. Selain itu kegiatan ini merupakan jawaban atas masalah kesehatan yang terjadi di Desa Maubasa. Di lain kesempatan Agnes Ngura, Pendamping Lapangan Yayasan Tananua Flores menjelaskan bahwa 90% masyarakat di Desa Maubasa mengkonsumsi air yang tidak diolah. Selain itu di Desa Maubasa juga masih terdapat kasus stunting sebanyak 8 orang. Anak yang pendek belum tentu stunting, anak yang stunting pasti pendek.

Menurut WHO (World Health Organization) Organisasi Kesehatan Dunia, air yang aman digunakan adalah air yang tidak berwarna, tidak memiliki rasa, tidak memiliki bau, tidak terasa lengket setelah digunakan, memiliki pH Netral, tidak mengandung bakteri, dan tidak mengandung debu, pasir, tanah, atau sedimen lainnya.

Para Kader Kesehatan dari Desa Maubasa, Desa Maubasa Timur, Desa Maubasa Barat mendengarkan materi pelatihan tentang kesehatan. Foto: HS 29/09/2022

Pendamping Lapangan YTNF  Desa Maubasa juga menerangkan bahwa masalah kesehatan yang sering terjadi antara lain angka kelahiran yang tinggi, asam urat, kolesterol, serta pola hidup yang tidak sehat. Angka kelahiran yang tinggi disebabkan oleh kurang pengetahuan pasangan keluarga tentang metode kontrasepsi dan pernikahan di usia dini. Sementara itu asam urat dan kolesterol berkaitan erat dengan pola konsumsi dan pola hidup masyarakat.

Dalam Kegiatan ini para Kader Kesehatan dilatih melakukan praktik simulasi  Metode 5 Meja. Praktik simulasi metode 5 meja ini terdiri dari pendaftaran, penimbangan, pengisian KMS (Kartu Menuju Sehat), penyuluhan, dan pelayanan kesehatan oleh tim medis.

Kegiatan pelatihan ini melahirkan beberapa rekomendasi yakni; para kader bersedia untuk melakukan pelatihan pengisian KMS, pelatihan pengolahan pangan lokal bergizi, pelatihan seni penyuluhan, pengembangan pos obat dan dapur hidup bagi kelompok perempuan, dan pengembangan usaha pekarangan.

Pelatihan ini juga menyepakati kegiatan kunjungan oleh kader KPM (Kader Pembangunan Masyarakat), Kader KB (Keluarga Berencana), Pemerintah Desa, staf Puskesmas Maubasa, dan YTNF untuk melakukan sosialisasi bagi PUS (Pasangan Usia Subur) dan WUS (Wanita Usia Subur) di Desa Maubasa.

Tenaga Kesehatan Puskesmas Maubasa melatih Para Kader Kesehatan untuk praktek simulasi 5 Meja.

Foto:AN 29/09/2022

Desa Maubasa berada di wilayah pesisir selatan Kecamatan Ndori, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur. Desa Maubasa berada pada ketinggian 20 MDpl, dengan luas wilayah 0.99 Km2. Jarak dari Kota kabupaten Ende sejauh 90 Km. Desa Maubasa merupakan Desa yang sedang berkembang. Menurut Data BPS Tahun 2019 jumlah penduduk Desa maubasa sebanyak 906 orang, dengan laju pertumbuhan pertahun -54,3%.

Untuk menuju ke Maubasa pengendara dapat melalui jalan jalur Ende-Maumere, sesampainya Desa Lianunu ( 81 Km dari Kota Ende) pengendara akan menjumpai pertigaan lalu bergerak ke arah selatan sejauh 9 Km. Desa Maubasa merupakan Desa dampingan Yayasan Tananua Flores sejak 19 Juni 2021. (edi woda)

 

Pelatihan Peningkatan Kapasitas Kader Kesehatan di Desa Maubasa, Moment Belajar Menuju Masyarakat yang Sehat dan Cerdas Read More »

Talk Show dan Festival Pangan Lokal: Menjaga Keberagaman Pangan Lokal

Ende-Unggu, Tananua Flores| Kegiatan Talk Show dan Festival Pangan Lokal terjadi di Desa Unggu Kecamatan Detukeli. Pada Senin 29 Agustus 2022 Pukul 15.00 peserta kegiatan mulai berdatangan dan melakukan Cek-In. Para Peserta dibagi dalam kelompok untuk mendapatkan tempat penginapan di sekitar lokasi kegiatan.

Sementara itu para peserta juga mempersiapkan tempat untuk memamerkan hasil olahan pangan lokal dan pangan lokal dari Desa Dampingan. Pada Pukul 20.00 terjadi kegiatan Talk Show dan diskusi tentang pola konsumsi, dan keberagaman pangan lokal di Desa. Diskusi terbagi dalam beberapa Kelompok. Selanjutnya para peserta yang sudah datang menuju ke tempat penginapan masing-masing.

Pemeran Benih Ura, Pega, Mbape, Lolo, Nggoli, dan Pisang di desa Unggu. Foto: Paul 30/7/2022

Pada hari kedua selasa 30 Agustus 2022 kegiatan Festival berawal dari seremonial pembuka yang terdiri dari Pengantar dari Pranatacara, Doa, Menyanyikan Lagu Mars Tananua dan Lagu Indonesia. Direktur Yayasan Tananua Flores memberikan sambutan dan sapaan kegiatan Talk Show dan Festival Pangan Lokal.

Bernadus Sambut Direktur Yayasan Tananua Flores (YTNF) menggambarkan alasan Yayasan Tananua Flores memfasilitasi Festival Pangan Lokal. YTNF selalu mendorong dan menekankan pengembangan pangan lokal. Tanpa pangan lokal kita tidak bisa hidup. Pangan Lokal adalah warisan nenek moyang namun kenyataan menunjukkan bahwa keberadaannya tidak dikembangkan lagi.

Selain untuk konsumsi Pangan Lokal juga dimanfaatkan untuk seremonial adat. Dengan mengembangkan pangan lokal kita menghargai leluhur dan nenek moyang. Festival diselenggarakan untuk mengetahui sejauh mana keberagaman pangan lokal itu dikembangakan. Melalui festival masyarakat bisa termotivasi untuk mengembangan pangan lokal. Selain itu dari kegiatan festival pangan lokal ini  diharapkan ada kebijakan yang dihasilkan.

Potensi Pangan Lokal

Dalam sambutannya Koordinator Nasional FIAN Indonesia, Betty Tiominar menjelaskan tentang peran pangan lokal untuk kesehatan. Bahwa Pangan Lokal memiliki protein dan gizi yang tinggi. FIAN  selalu mempromosikan hak masyarakat atas pangan dan gizi salah satunya dengan memperkenalkan benih-benih pangan lokal yang ada di seluruh wilayah Indonesia. Masyarakat menghargai apa yang dimiliki dan mengonsumsi pangan lokalnya. Pangan Lokal merupakan potensi yang harus dirawat, dikembangkan, dan dibudidayakan agar tidak hilang. Desa memiliki Potensi untuk mengembangkan pangan lokal.

Dari Kanan-Kiri: Halimah Tus’dyah Pengurus YTNF, Betty Tiominar FIAN Indonesia,  Marselina Ga’a Pendamping Lapangan Desa Detumbewa, dan Matilda Ilmoe Kepala Dinas Ketahanan Pangan menyaksikan Festival Pangan Lokal. Foto: Paul 30/8/2022

Camat Kecamatan Detukeli memberikan sambutan sekaligus membuka acara Kegiatan Festival Pangan Lokal ini. Sebagai Camat, Fransiskus Sio mengatakan bahwa Festival Pangan Lokal akan membuat masyarakat mengenal keberagaman pangan lokal. Kenyataan menunjukan bahwa untuk ritual, beras dan padi harus dibeli. Pangan Lokal dapat dikonsumsi karena sehat dan bergizi. Generasi ke depan cukup sulit menikmati pangan lokal karena kurangnya ketersediaan benih dan hasil olahannya. Menjadi suatu tantangan ketika pangan lokal mulai sulit dijumpai. Penting untuk memberikan contoh dalam mengambangkan pangan lokal.

Kegiatan Talk Show pangan lokal diawali dengan presentasi oleh Kepala Desa Rutujeja. Petrus Bata menjelaskan tentang situasi pangan lokal di Desa Rutujeja. Pangan lokal merupakan kebutuhan dasar manusia untuk bertahan hidup. Pangan Lokal bisa diramu dari kebun, sungai, hutan dan laut. Sejak dahu kala pangan lokal telah dibudidayakan oleh nenek moyang. Lolo, wete, pega, mbape, nggoli, ura, dowe dapat dimanfaatkan untuk memenuhi pangan keluarga. Selain itu pelbagai acara adat juga menggunakan minuman lokal (arak) sebagai ritus seremonial kepada leluhur. Persediaan pangan lokal di desa Rutujeja masih terbilang cukup. Kondisi sekarang memerlihatkan kurangnya perhatian untuk mengonsumsi pangan lokal. Karena itu dibutuhkan peran pelbagai elemen masyarakat untuk serius mengembangkan pangan lokal.

Potret Keberagaman Pangan Lokal

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Ende Mathilda G. Ilmoe dalam acara Talk Show berbicara mengenai potret keberagaman pangan yang ada di Kabupaten Ende. Dalam pembahasannya ia memaparkan tentang data ketersediaan komoditi pangan utama dan peta kerentanan kerawanan pangan di Kabupaten Ende. Pada tahun 2021 angka ketersediaan pangan sebesar 86,77% dan pada bulan Mei tahun 2022 sebesar 79.85%. Angka ini menununjukan bahwa Ende masuk dalam ketegori rawan pangan.

Skor pola pangan harapan untuk tahun 2021 sebesar 76,5 dari target skor 80, idealnya 100. Tingkat konsumsi energi masyarakat Kabupaten Ende sebesar 2247,1 kkal/kapita/hari dari porsi ideal sebesar 2150 kkal/kapita/hari.  Hal ini menggambarkan bahwa pola konsumsi masyarkat ideal. Dengan demikian pangan lokal merupakan kebutuhan dasar manusia. Setiap elemen masyarakat wajib untuk memenuhi kebutuhan ini.

Ir. Marianus Aleksander, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Ende memaparkan materi tentang Peran Dinas Pertanian dalam mendukung ketahanan pangan Kabupaten Ende. Visi dan Misi Kabupaten Ende adalah untuk mewujudkan karakteristik dengan membangun dari desa dan kelurahan menuju masyarakat yang mandiri, sejahtera dan berkeadilan. Pembangunan dilakukan berbasis sumber daya. Secara budaya karakteristik yang menggambarkan tentang pertanian adalah tedo tembu wesa wela. Dinas Pertanian juga mempromosikan masyarakat untuk bangga menjadi petani. Kemandirian petani menjadi tujuan dalam program yang dicanangkan sehingga masyarakat dapat mencukupi kebutuhan pangannya.

Kepala Desa Rutujeja Petrus Bata mempresentasikan materi Talk Show bersama P. Charles Beraf, Marianus Alexander, Hironimus Pala, dan  Mathilda Ilmoe. Foto: Paul 30/8/2022

Pembina Yayasan Tananua Flores, P. Charles Beraf, SVD memberikan penjelasan mengenai spiritualitas pangan dalam mendukung keberlanjutan hidup umat. Masyarakat dapat memutuskan rantai kapitalisme dengan pemberdayaan. Spiritualitas tumbuh dalam lokalitas sesuai dengan adat dan tradisi. Kenyataan sekarang ini menunjukan bahwa ada komodifikasi, ada banyak hal yang diukur dengan uang. Pastor Paroki Detukeli ini aktif dalam kegiatan pembangunan berbasis masyarakat. Oleh karena itu mengembangkan pangan lokal harus dibangun dari apa yang kita punya sesuai dengan adat dan budaya.

Ketua Yayasan Tananua Flores, Hironimus Pala, memaparkan materi tentang kajian keberagaman pangan lokal di kabupaten Ende. Pangan lokal adalah jati diri, siapa yang menguasai pangan dia menguasai kehidupan. Ada pergesaran pola konsumsi masyarakat dari mengonsumsi pangan lokal ke pangan ke pangan industri. Kondisi sekarang ini menunjukan bahwa benih pangan lokal mengalami kekurangan, hama yang ada juga membuat orang kesulitan mengolah pangan lokal, selain itu model pengelolaan pangan lokal membutuhkan waktu lama. Ia juga mengajak masyarakat untuk mencintai pangan lokal, dengan menjaga benih serta memiliki lumbung pangan.

Keberagaman Pangan Lokal: Tanggung Jawab Bersama

Setelah pemaparan materi peserta diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan dan komentar. Flavianus Senda pembina Yayasan Tananua Flores mengusulkan agar setiap keluarga memiliki pola konsumsi yang mendukung kesehatan. Pola konsumsi yang baik akan mendukung kesejahteraan keluarga.

Kepala Bidang Perancanaan pembangunan I Bappeda menjelaskan tentang percepatan pembangunan yang kompetitif dan berkelanjutan. Profesi petani menjadi kurang diminati, membuat orang enggan untuk menjadi petani. Terdapat pergeseran pola konsumsi masyarakat. Ia juga menggambarkan pentingnya mengembangkan pertanian berdasarkan kearifan lokal.

Dalam rangka mendukung pengembangan pangan lokal Tim Ahli P3MD (Porgram Pembangunan dan Pengembangan masyarakat Desa) menyatakan bahwa dalam RKPdes terdapat alokasi anggaran dana desa untuk pengembangan pangan dan hewani sebesar 20 %. Masyarakat bisa mengusulkan kegiatan yang berkaitan dengan ketahanan pangan.

Serafinus Sage, Kepala Puskesmas Watunggere memaparkan peran dinas kesehatan dalam mendukung penanganan gizi buruk dan stunting. Ia mengajak masyarakat untuk menjadi generasi yang sehat dengan mengonsumsi pangan lokal. Festival yang terjadi hari ini bukan hanya pameran melainkan juga mengajak masyarakat untuk mengenal dan menjaga pangan lokal.

Peserta Festival mengunjungi pameran Festival Pangan Lokal. Foto: Paul 30/8/2022

Selain itu Sekertaris Desa Unggu mengungkapkan kebutuhan petani desa unggu akan alat-alat pertanian. Jaringan Peremuan Nusantara yang diwakili oleh Dorce mengajak segenap peserta festival untuk menjadikan pangan lokal sebagai pilot project dengan menciptakan peraturan daerah tentang pangan. Bapak Kepala Desa Unggu juga mengemukakan tentang situasi dan keberadaan pendamping lapangan. Desa Detumbewa menyediakan kebun contoh kepada pendamping lapangan sebagai medan belajar bagi para petani.

Acara Talk Show berlangsung alot meskipun kondisi listrik padam. Mayarakat aktif dalam kegiatan Talk Show. Setelah Talk Show dilanjutkan dengan kunjungan ke pameran pangan lokal dari desa di stand yang sudah disediakan. Dalam kunjungan pameran terdapat barter benih pangan lokal. Selain itu masyarakat dan peserta juga dapat membeli hasil olahan pangan lokal.

Diakhir acara peserta memberikan anjuran dan masukan terkait dengan usaha untuk menjaga keberagaman pangan lokal. Direktur Yayasan Tananua mengapresiasi kegiatan Talk Show dan Festival Pangan Lokal ini. Camat Kecamatan Detukeli melalui staf menutup acara kegiatan Talk Show dan Festival Pangan lokal ini. Kegiatan ini sangat penting untuk menjaga tanaman pangan lokal. (Edi Woda)

Talk Show dan Festival Pangan Lokal: Menjaga Keberagaman Pangan Lokal Read More »

Translate »