Suasana penuh semangat mewarnai ruang pertemuan di Kantor Yayasan Tananua Flores pada 3 Februari 2025. Para staf program Peningkatan Hak Alam dan Hak Warga berkumpul untuk melakukan refleksi mendalam atas perjalanan program yang telah berjalan di 14 desa dampingan di Kabupaten Ende. Acara ini menjadi wadah bagi para staf untuk berbagi pengalaman, mengidentifikasi pembelajaran penting, serta merancang strategi ke depan guna memastikan efektivitas program.
Menemukan Cahaya di Tengah Perjuangan
Setiap desa memiliki cerita uniknya sendiri. Diskusi yang berlangsung mengungkap beberapa pembelajaran menarik dari lapangan:
- Kesadaran Masyarakat yang Meningkat
Di desa-desa seperti Raburia, Pemo, Tenda, Wolomuku, dan Tiwusora, masyarakat mulai memahami pentingnya keseimbangan antara pemanfaatan sumber daya alam dan pelestarian lingkungan. Salah satu inisiatif yang lahir dari kesadaran ini adalah penerapan sistem agroforestri untuk mengelola lahan kritis. - Inovasi dalam Pendekatan Sosialisasi
Beberapa desa seperti Ja Moke Asa, Numba, dan Randoria menemukan bahwa diskusi kelompok kecil lebih efektif dibandingkan pendekatan seremonial yang bersifat satu arah. Interaksi yang lebih intensif ini memungkinkan masyarakat untuk lebih memahami dan merespons isu-isu hak alam dan hak warga. - Kepemimpinan Lokal yang Kuat
Di Desa Wolooja, Jeo Dua, Detubela, dan Tonggopapa, kelompok LPHAM (Lembaga Pelindung Hak Alam dan Masyarakat) dan para penghubung desa semakin aktif mendokumentasikan isu-isu hak alam serta berkoordinasi dengan pemerintah desa untuk mencari solusi yang berkelanjutan.
Tantangan yang Tak Bisa Diabaikan
Di balik keberhasilan yang telah dicapai, masih ada tantangan yang perlu dihadapi dengan strategi yang lebih matang:
- Resistensi terhadap Perubahan
Sebagian komunitas masih skeptis terhadap konsep perlindungan hak alam. Kekhawatiran akan berkurangnya akses terhadap sumber daya yang selama ini mereka manfaatkan menjadi hambatan utama dalam penerapan kebijakan lingkungan. - Minimnya Dukungan dari Pemerintah Desa
Tidak semua desa memiliki dukungan penuh dari perangkat desa. Akibatnya, beberapa rekomendasi kebijakan tidak dapat terakomodasi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes). - Kendala Geografis
Desa-desa terpencil seperti Mbotulaka dan Liselande menjadi tantangan tersendiri bagi tim program, terutama saat musim hujan. Akses yang sulit membuat pendampingan di wilayah ini membutuhkan strategi khusus.
Strategi untuk Masa Depan
Berdasarkan hasil refleksi, tim program merumuskan beberapa strategi yang akan diterapkan untuk mengatasi tantangan yang ada:
- Peningkatan Kapasitas LPHAM
Pelatihan lanjutan akan diberikan kepada kelompok LPHAM agar mereka lebih mandiri dalam mengadvokasi hak-hak mereka serta membangun koordinasi yang lebih erat dengan pemerintah desa. - Pendekatan Partisipatif yang Lebih Fleksibel
Metode fasilitasi akan disesuaikan dengan karakteristik masing-masing komunitas. Misalnya, storytelling dan pembuatan video dokumentasi diharapkan dapat memperkuat pemahaman masyarakat terhadap isu-isu lingkungan. - Membangun Kolaborasi dengan Pemerintah dan Lembaga Lain
Dialog yang lebih intensif akan diinisiasi antara komunitas, pemerintah desa, dan lembaga lain guna memperkuat sinergi dalam implementasi program ini.
Refleksi Pribadi: Suara dari Lapangan
Tidak hanya berbicara soal strategi, para staf juga menyampaikan refleksi pribadi mereka selama mendampingi masyarakat:
“Saya terinspirasi oleh semangat masyarakat di Desa Tiwusora. Meskipun akses ke desa mereka sulit, mereka tetap berkomitmen untuk melindungi hutan mereka. Ini mengingatkan saya bahwa perubahan nyata berasal dari kesadaran dan aksi bersama.” – Okto Pega
“Dalam proses ini, saya menyadari pentingnya mendengar sebelum berbicara. Masyarakat memiliki kebijaksanaan sendiri dalam mengelola alam. Tugas kita bukan menggurui, melainkan mendukung dengan pendekatan yang sesuai.” – Oskar Nanga Nai
Melangkah dengan Keyakinan
Kegiatan refleksi ini tidak hanya menjadi ajang evaluasi program, tetapi juga momentum untuk memperkuat semangat tim dalam melanjutkan pendampingan dengan strategi yang lebih efektif. Dengan semangat kolaborasi dan keterlibatan aktif masyarakat, program ini diharapkan semakin berdampak dalam menjaga keseimbangan antara produktivitas dan kelestarian alam di desa-desa dampingan Yayasan Tananua Flores.
Perjalanan ini masih panjang, tetapi satu hal yang pasti: perubahan sedang terjadi. Dan itu berawal dari kesadaran, keberanian, dan aksi nyata di akar rumput.
Kantor Tananua Flores, Ende – 03 Februari 2025
Oleh: Benyamin Gosa
Koordinator Program Peningkatan Hak Alam dan Hak Warga
Eksplorasi konten lain dari Tananua Flores
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.